Tren berita bohong jelang Pemilu 2024 di media sosial dinilai menurun. Menurut Kominfo, masyarakat telah belajar dari pemilu-pemilu sebelumnya dalam menghadapi Pemilu 2024 di media sosial.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Semuel Abrijani Pengerapan yang akrab disapa Semmy dalam acara #DemiIndonesia Cerdas Memilih yang diselenggarakan di The Kasablanka Hall, Jakarta, Kamis (07/12/2023).
"Kalau kita lihat masyarakat pun belajar baik dari dalam maupun pengalaman negara lain, di luar negeri ada pemilu AS, makannya lebih hati hati," terang Semmy.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menganggap bahwa masyarakat sadar bahwa keberadaan hoax di media sosial adalah sebuah pembodohan. Masyarakat sudah sadar bahwa mereka dibodoh-bodohi oleh hoax.
"Kalau kita sedang dimakan hoax kan kita sedang dibodoh-bodohin," tambah Semmy.
Hoax menjelang Pemilu 2024 tetap ada, namun menurut Semmy kondisinya jauh lebih baik daripada pemilu-pemilu sebelumnya baik secara kuantitas maupun kualitas.
"Secara kuantitatif tidak banyak, kualitatifnya juga tidak setajam dulu hoaxnya," ungkap Semmy.
Terkait keberadaan akun penyebar hoax di media sosial, Kominfo juga menerima aduan untuk selanjutnya dilakukan tindakan. Dalam hal ini Kominfo juga bekerjasama dengan platform untuk melakukan takedown.
Kominfo juga menerangkan bahwa saat ini platform media sosial juga memiliki pandangan yang sama tentang Pemilu 2024 yaitu ingin menjaga demokrasi yang ada di Indonesia.
"Platform sendiri inginnya sama, mereka ingin menjaga kualitas demokrasi di Indonesia karena Indonesia ini negara demokrasi terbesar ketiga ,misal di Meta ada tagline bijak bersuara," jelas Semmy.
Dalam bermedia sosial, Semmy mengharapkan bahwa masyarakat harus siap mental karena masuk ke dalam era yang terbuka.
"Kalau mau masuk ke era yang terbuka, harus siapkan juga mentalnya," pungkas Semmy.
*Artikel ini ditulis oleh Argya D. Maheswara, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(rns/rns)