Meski dalam lingkup kerjasama secara Business to Business (B2B), masuknya satelit Starlink ke Indonesia menandakan hubungan antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) yang semakin lengket.
Starlink adalah penyedia konektivitas broadband yang diklaim berkecepatan tinggi menggunakan satelit. Starlink ini merupakan bagian dari SpaceX, perusahaan antariksa yang dinakhodai Elon Musk.
"Hubungan perdagangan bilateral sektor telekomunikasi dan digital antara Indonesia dan Amerika Serikat berkembang pesat," ujar Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate kepada detikINET, Senin (13/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, sudah ada kerjasama yang terjalin yang dihasilkan dari kedua negara ini, yang kesemuanya berhubungan dengan satelit.
- Satelit jenis Very High Throughput Satellite (VHTS) diberi nama SATRIA (Ka-Band) dengan kapasitas 150 Gbps
- Satelit jenis Very High Throughput Satellite (VHTS) sebagai Hot Backup Satellite (Ka-band) dengan kapasitas 80 Gbps
- Satelit jenis High Throughput Satellite (HTS) yang dimiliki Telkomsat (C & Ku-band) dengan kapasitas 32 Gbps.
Ketiga satelit tersebut direncanakan akan menggunakan roket peluncur SpaceX - Falcon 9 milik Elon Musk
"Ketiganya adalah GSO - Geo Stationer Orbit Satellites Ka Band," kata Menkominfo.
Diberitakan sebelumnya, pemain satelit Starlink resmi masuk ke Indonesia dengan menggandeng PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat), anak usaha dari Telkom.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengatakan Telkomsat telah mendapatkan Hak Labuh Satelit Khusus Non Geostationer (NGSO).
"Bukan layanan internet, melainkan Starlink menjual kapasitas satelit ke Telkomsat untuk keperluan layanan backhaul. Tidak diberikan hak penjualan ritel internet kepada Starlink," pungkas Menkominfo.
(agt/fay)