Satelit Republik Indonesia (Satria) generasi pertama tengah disiapkan untuk menyediakan akses internet di Tanah Air. Begini wujud dari satelit Satria-1 tersebut.
Satelit Satria-1 dirakit oleh Thales Alenia Space. Adapun, proses pembuatan satelit pemerintah itu saat ini sudah lebih dari 50%.
Proses perakitan memakan waktu tiga tahun sampai 2023 dengan masa konsesi 15 tahun. Satelit tersebut mempunyai tinggi 6,5 meter dan bobot sampai 4,5 ton.
Satelit pemerintah ini akan diluncurkan menggunakan roket Falcon 9 kepunyaan SpaceX dari Cape Canaveral, Florida, AS, pada tahun 2023.
"Satelit Satria-1 saat ini sudah lebih dari 50% pabrikasi progresnya. Saat ini dirakit oleh pabrikan di Nice, Prancis," ujar Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Anang Latif.
Diharapkan satelit Satria-1 ini juga dapat beroperasi di tahun yang sama, yakni tepatnya pada November 2023.
Satelit Satria-1 memiliki kapasitas 152 Gbps untuk menyebarkan akses internet sampai 150 ribu titik di seluruh Indonesia, dengan rincian 93.900 titik sekolah, 47.900 titik kantor pemerintah daerah, 3.900 titik markas polisi dan TNI, dan 3.700 titik puskemas.
Nantinya satelit Satria-1 ini mengisi slot orbit 146 derajat Bujur Timur yang dioperasikan oleh PT Satelit Nusantara Tiga, perusahaan bentukan konsorsium PSN, pemenang lelang proyek strategis nasional ini.
Satelit Satria-1 dibangun dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha atau KPBU dan memerlukan total investasi US$ 540 juta atau sekitar Rp 7,7 triliun (kurs Rp 14.300). Saat ini, pembiayaan berasal dari sejumlah lembaga pendanaan internasional.
Sebanyak 11 stasiun Bumi disiapkan sebagai penghubung komunikasi dengan satelit Satria-1, yang lokasinya di Cikarang, Batam, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika, dan Jayapura.
Simak Video "Video: Mayoritas Gen Z di Inggris Pilih Hidup Tanpa Internet"
(agt/fay)