Kementerian Informasi dan Informatika (Kominfo) menargetkan ada sebanyak 50 juta warga Indonesia dapat memiliki literasi digital pada akhir 2024 mendatang. Literasi digital dilakukan sebagai salah satu upaya Indonesia bertransformasi digital.
"Kita akan meliterasi masyarakat kita setahunnya 12,5 juta, diharapkan di akhir tahun 2024 ada 50 juta masyarakat Indonesia terliterasi," kata Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Kementerian Kominfo, Samuel A Pangarepan dalam Southeast Asia Internet Governance Forum (SEAIGF) di Bali, Rabu (1/9/2021).
Menurutnya, sebenarnya program ini sudah lama didesain dan dicanangkan oleh Presiden. Akan tetapi dicanangkan menjadi sebuah gerakan nasional pada 20 Mei kemarin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Samuel mengatakan, kunci dasar dari transformasi digital adalah literasi masyarakat atau sumber daya manusia (SDM). Kemudian baru mengarah pada teknologi dan regulasi.
"Jadi SDM-nya yang kita tekankan. Kita punya program yang namanya literasi digital," terang Samuel.
Samuel mengharapkan ada impact dari 50 juta masyarakat yang terliterasi kepada warga yang lain. Hal itu tentunya bisa dilakukan terutama kepada keluarga.
"Kalau satu orang kita literasi dia pasti punya keluarganya, dia ngomong dengan keluarganya, temannya, nah mereka juga akan meliterasi, supaya apa, supaya meningkatkan produktivitas," kata dia.
Dengan adanya impact tersebut, Samuel yakni hal itu bakal dapat meningkatkan ICT development Index (IDI). Dengan begitu, Indonesia siap bertransformasi supaya mereka juga bisa lebih produktif.
Saat ini, terang Samuel, ada 202 juta pengguna internet di Indonesia dan sebanyak 85 persen di antaranya lebih aktif di sosial media. Padahal banyak sekali aktivitas atau aplikasi yang bisa digunakan untuk meningkatkan produktivitas.
"Nah di situ juga kita ajarkan digital skill-nya, kita ajarkan bagaimana berbudaya di ruang digital, bahwa ruang fisik dan ruang digital itu tidak ada bedanya, kita harus perkenalkan dan mengikatkan kembali di Indonesia khususnya kita punya nilai-nilai luhur kita, budaya kita, ada falsafah bangsa kita," jelasnya.
Tak hanya itu, dalam upaya literasi digital, pihaknya juga berupaya mengajarkan bagaimana beraktivitas secara aman di dunia digital atau digital safety.
"Kalau transaksi bagaimana, atau menjaga password kita bagaimana, atau menjaga data pribadi kita, nah ini supaya saat ini move forward masyarakat bukan hanya menjadi penonton atau consumer, tapi aktif," imbuhnya.
Terlebih dalam ruang digital ini sangat inklusif dan partisipasinya begitu terbuka. Maka dari itu, pihaknya harus menyiapkan masyarakat Indonesia agar terliterasi secara digital.
"Itulah kuncinya untuk transformasi digital di manapun juga adalah manusianya. Baru teknologinya kita adaption, baru regulasinya supaya berjalan dengan tertib," jelas Samuel.
(fay/fyk)