"Saya kalau main game memang kalahan (sering kalah-red.), jadi mendingan saya bikin game saja," canda Vincentius Hening Widhyarto Ismawan, pengembang game yang juga salah satu pendiri Agate Studio, dalam diskusi bersama Lenovo Indonesia di Djakarta Theater, Jakarta Pusat.
Kelakar pria yang akrab disapa Vincent ini bukan omong kosong. Sejak 7 tahun lalu, ia serius mengembangkan studio game dan mendapat sejumlah penghargaan bergengsi. Salah satunya di ajang INAICTA (Indonesia Information and Communication Technology Award) 2013.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pernah ada satu akun yang loyal banget, sehari dia bisa spending Rp 400 ribu. Bisa dibayangkan kalau sebulan tinggal dikalikan saja," kata Vincent, yang saat ini tengah fokus mengembangkan game berbasis VR (Virtual Reality).
![]() |
Terkait perkembangan dunia game, Vincent mengakui Indonesia kalah start dibandingkan negara-negara lain seperti Jepang.
Menurutnya, wajar jika dalam beberapa hal mengalami ketertinggalan. Namun ia cukup optimistis masa depan game development Tanah Air cukup menjanjikan dengan sumber daya yang ada saat ini.
"Banyak perkembangan dibanding 7 tahun lalu ketika awal-awal kami merintis game development. Market berkembang, dan pembajakan game makin berkurang," tutup Vincent. (up/ash)
