Adapun sang penggugat tak lain merupakan keluarga dari pemimpin pemberontakan di Angola, Jonas Savimbi. Tiga anak Savimbi ini menggugat Activision Blizzard lantaran publisher game asal Amerika Serikat itu merepresentasikan Jonas Savimbi sebagai seorang barbar di Call of Duty: Black Ops 2.
Dalam game tersebut, pemimpin pemberontak Angola yang tewas di tahun 2002 silam itu terlihat memimpin pasukan sambil meneriakkan kata-kata "death to the MPLA".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Melihat ia membunuh orang, memotong tangan seseorang...itu bukan ayah," tutur Cheya seperti dikutip detikINET dari BBC, Jumat (5/2/2106).
Atas keberatannya itu, keluarga Savimbi menggugat Activision Blizzard senilai USD 1,1 juta atau sekitar Rp 15 miliar. Permintaan itu jelas ditolak yang bersangkutan karena tuntutan ini dinilai hanya mengincar uang besar semata.
Saat ini ketiga anak Savimbi tinggal di kawasan Paris dan membawa Activision cabang Prancis ke pengadilan di Nanterre. Menurut pengacara Activision, Etienne Kowalski, pihaknya tidak setuju dengan apa yang dituntut oleh Savimbi, karena menurutnya mantan pemberontak tidak pantas disebut sebagai pahlawan. (mag/rou)