Hal itu dinyatakan oleh Oita Canon President Mashiko dalam CP+ Exhibition & Press Tour di markas besar Canon di Oita, Jepang, Rabu (24/2/2016).
Mashiko menggambarkan, saat pertama Canon mulai memasuki era digital tahun 2003, pabrik Canon membutuhkan 42 tenaga manusia untuk membuat 500-an unit kamera/lensa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai catatan, tahun lalu Canon mencatat penjualan lensa seri EF hingga 110 juta unit di seluruh jagat sejak peluncuran pertamanya pada tahun 1987.
Â
"Mesin semi otomatis akan menggantikan proses yang dikerjakan manusia. Ini kami namakan hybrid produksi dan dilakukan mulai tahun ini," kata Mashiko kepada detikINET dan 21 jurnalis lain dari 5 negara yakni Indonesia, Myanmar, Kamboja, Vietnam, dan Sri Lanka.
Akibat penggunaan mesin otomatis dan robot tangan, kualitas produk Canon lebih aktual dan terkontrol. Kesalahan yang bisa dipantau tidak lagi 'sekecil kuku hitam' melainkan hingga ukuran mikrometer (0,01 milimeter).
"Kami menggunakan teknologi dengan presisi mikrometer. Itu hanya bisa dilakukan di komputer. Ini bukan semata-mata mencari keuntungan bisnis melainkan kualitas produk dan kepuasan customer," tandasnya.
![]() |
Selain otomatisasi pabrik, Canon juga membuat skema integrasi yang lebih mudah untuk meningkatkan pelayanan hingga ke pengapalan, ritel dan jaringan servise di seluruh dunia.
Setidaknya terlihat dari perbaikan sistem di dua kompleks raksasa Canon yakni di Oita (manufaktur) dan AKI Plant (manajemen) yang menempati lahan seluas 150.000 m2 di dekat bandara Oita. Â
"Ini yang membedakan dengan kompetitor lain, integrated system," tandas Mashiko.
(Ari/ash)












































