Bumi Makin Panas, 'Gudang Perbekalan Kiamat' Aman?
Hide Ads

Bumi Makin Panas, 'Gudang Perbekalan Kiamat' Aman?

Rachmatunnisa - detikInet
Kamis, 14 Des 2023 22:00 WIB
Svalbard Global Seed Vault
Bumi Makin Panas, 'Gudang Perbekalan Kiamat' Aman? Foto: Reuters
Jakarta -

Svalbard Global Seed Vault, juga dikenal sebagai Doomsday Vault atau Gudang Kiamat, adalah bunker raksasa yang terletak jauh di dalam gunung yang dikelilingi oleh tanah bersalju. Jika Bumi makin panas, apakah 'gudang perbekalan kiamat' ini tetap aman?

Untuk diketahui, Svalbard Global Seed Vault ini menyimpan jutaan sampel benih dari seluruh dunia. Fasilitas ini dibangun sebagai upaya antisipasi menyelamatkan pangan dan pertanian, jika terjadi bencana yang menyebabkan sebagian Bumi tidak dapat dihuni atau dunia mengalami bencana seperti perang nuklir atau perubahan iklim ekstrem.

Karena isi gudang ini sangat berharga, suhu Doomsday Vault harus dijaga di bawah minus 18 derajat Celcius. Suhu ini cukup dingin untuk menjaga sampel benih awet dan tetap aman, setidaknya selama 200 tahun, bahkan tanpa listrik cadangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masalahnya, perubahan iklim menyebabkan masalah bagi gudang tersebut. Pada 2016, yang merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat menurut NASA, kenaikan suhu menyebabkan air lelehan menembus terowongan pintu masuk ruang penyimpanan.

Meskipun tidak ada benih yang rusak, air banjir menyisakan perbaikan yang mahal dan mencoreng reputasi fasilitas yang disebut tidak dapat ditembus oleh bencana alam atau bencana akibat ulah manusia.

ADVERTISEMENT

Panas Membara Terus Berlanjut

Antara tahun 2071 hingga 2100, suhu rata-rata di seluruh dunia diperkirakan akan meningkat antara 7-10 derajat Celcius, sehingga memperpendek musim salju dan menyebabkan hilangnya lapisan es di dekat permukaan.

Apa yang terjadi di Svalbard, tempat Doomsday Vault berada, merupakan gejala dari perubahan yang lebih luas yang berdampak pada hamparan Arktik, yang mengalami pemanasan dua kali lebih cepat dibandingkan wilayah lain di planet ini.

Para ilmuwan dari University of Alaska Fairbanks menemukan bahwa sebagian wilayah Arktik di Kanada mencair 70 tahun lebih awal dari perkiraan. Ini adalah sebuah tanda bahwa perubahan iklim bisa terjadi lebih cepat dari perkiraan semula.

Ketika suhu musim panas yang lebih hangat dari rata-rata mengganggu kestabilan lapisan es, yang sebagian besar telah membeku selama ribuan tahun, metana dan gas-gas lain yang terperangkap di dalam es dapat dilepaskan dalam skala besar, sehingga mempercepat perubahan iklim. Sebaliknya, suhu yang lebih hangat akan menyebabkan hilangnya lapisan es lebih lanjut.

Mencairnya es, di darat dan di laut, menghancurkan habitat hewan bagi spesies seperti beruang kutub dan rubah Arktik, yang menggunakan bulu putih bersalju sebagai kamuflase untuk berburu makanan atau menghindari predator. Hal ini juga menimbulkan ancaman terhadap benih yang disimpan di Doomsday Vault.

Ilmuwan iklim Dr Boris K Biskaborn dari pusat penelitian kutub dan kelautan Alfred Wegener Institute menemukan bahwa suhu tanah permafrost di Arktik terus-menerus meningkat sebesar 0,39 derajat Celcius antara tahun 2008 hingga 2016. Tren serupa juga ditemukan di Antartika, dengan peningkatan sebesar 0,29 derajat Celcius derajat dalam periode yang sama.

Suhu Bumi yang memanas merupakan indikasi besarnya perubahan iklim. Biskaborn memperkirakan pencairan lapisan es dapat menyebabkan peningkatan suhu udara Arktik hingga 0,27 derajat Celcius pada tahun 2100.

Gudang Kiamat di Svalbard hadir untuk melindungi sumber daya alam paling berharga di dunia dari bencana. Jika kita ingin menghindari gudang beserta isinya rusak, maka mengatasi penyebab utama perubahan iklim menjadi prioritas.




(rns/rns)
Berita Terkait