Belakangan, penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam menciptakan karya kreatif menjadi topik yang hangat diperbincangkan. Sebagian pelaku industri kreatif memanfaatkan AI untuk mempermudah proses kreatif, namun tak sedikit pula yang mempertanyakan etika dan orisinalitas karya yang dihasilkan.
Lantas, bagaimana pandangan para pelaku industri kreatif, khususnya di Indonesia, terhadap fenomena ini? Salah satu figur yang berbagi pandangannya adalah Didiet Maulana, seorang desainer fesyen ternama yang dikenal dengan karya-karyanya yang mengangkat budaya Indonesia
Sebagai Alat Bukan Pengganti Kreativitas
Saat berbincang dengan sejumlah awak media, Didiet Maulana berbagi pengalamannya menggunakan AI dalam proses kreatifnya. Ia mengakui bahwa AI kini menjadi bagian dari kesehariannya, terutama untuk keperluan riset.
"Menggunakan AI? Jujur, sekarang iya," ungkap Didiet.
Ia mencontohkan bagaimana dirinya memanfaatkan AI untuk mencari referensi, seperti saat ingin mendalami budaya Sumba Timur.
"Aku akan mengetik, 'Saya ingin riset tentang Sumba Timur. Kira-kira buku referensi apa yang harus dibaca?'" ujarnya mencontohkan.
Namun, Didiet menegaskan bahwa AI hanya berfungsi sebagai alat bantu, bukan penentu utama karya. Baginya, kunci utama tetap pada pengalaman langsung dan pemahaman mendalam terhadap identitas kreatif seorang desainer.
"Kalau kita nggak tahu apa yang mau kita kembangkan, nanti desainnya malah mirip dengan yang lain. Akhirnya cuma bertarung harga, bukan orisinalitas," turut pria kelahiran Jakarta ini.
Simak Video "Video: Terima Kasih Didiet Maulana ke Polisi yang Tangkap Penjambret Ibunya"
(vmp/vmp)