Pulang Kampung, Manusia Rp 1.700 Triliun Disambut Heboh
Hide Ads

Pulang Kampung, Manusia Rp 1.700 Triliun Disambut Heboh

Fino Yurio Kristo - detikInet
Minggu, 09 Jun 2024 13:02 WIB
CEO Nvidia Jensen Huang
Jensen Huang. Foto: Screenshot Video Nvidia
Taipei -

Perusahaan chip Nvidia benar-benar meraksasa, bahkan kini valuasinya sudah mengalahkan Apple dan hanya kalah dari Microsoft, dengan nilai tembus USD 3 triliun. Tak heran jika pendiri dan sang CEO, Jensen Huang, banyak dipuji dan baru-baru ini disambut seperti bintang rock di tanah kelahirannya, Taiwan.

Jensen yang memiliki 3,5% saham Nvidia, saat ini menurut Forbes kekayaannya tembus USD 107,2 miliar atau lebih dari Rp 1.746 triliun. Itu adalah peningkatan sangat pesat mengingat 5 tahun silam, kekayaannya tercatat 'hanya' USD 3 miliar.

Mengenakan jaket kulit hitam khasnya, Huang bicara di stadion penuh sesak di Taipei, menyoroti pentingnya Taiwan dalam membangun infrastruktur teknologi kecerdasan buatan (AI), yang memicu kebangkitan Nvidia. "Taiwan adalah pahlawan tanpa tanda jasa, pilar dunia yang teguh," katanya, sambil menunjuk gambar yang menunjukkan nama hampir 100 pemasok Nvidia di Taiwan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baik saat melakukan lemparan pertama pada pertandingan bisbol atau mengunjungi pasar malam, tiap gerakan Huang diikuti para penggemarnya di negara asalnya dan banyak sekali pengikutnya di media sosial. Media Taiwan menjuluki fenomena tersebut sebagai 'Jensanity'.

Dia bukan satu-satunya CEO selebriti di kota ini. Ada pula Lisa Su selaku CEO AMD, yang adalah sepupu Jensen. Keduanya mendatangi Computex, pameran teknologi terbesar di Asia.

ADVERTISEMENT

Baik Nvidia (NVDA) maupun AMD,, tidak memproduksi semikonduktor mereka sendiri. Pekerjaan memproduksi chip tercanggih mereka dialihdayakan ke TSMC yang berbasis di Taiwan, yang diperkirakan memproduksi 90% chip super canggih di dunia. Hal ini telah meningkatkan posisi pulau ini sebagai pemain kunci dalam revolusi AI.

"Para CEO teknologi mengunjungi Taiwan untuk memperkuat hubungan mereka dengan produsen chip dan perakit server di pulau tersebut, namun juga untuk mengakses talenta AI negara tersebut," kata Christopher Miller, penulis Chip War: The Fight for the World's Most Critical Technology.

Para CEO perusahaan global besar, terutama yang berhubungan dengan konsumen, biasanya memilih perjalanan low profile ke Taiwan atau menghindarinya sama sekali untuk menghindari reaksi keras dari China. China mengklaim negara itu sebagai miliknya.

Huang tampaknya tak peduli dan mengunjungi tempat kelahirannya secara teratur, bahkan menyebut Taiwan sebagai negara. "Taiwan adalah salah satu negara terpenting di dunia. Itu adalah pusat industri elektronik. Industri komputer dibangun karena Taiwan," katanya.

Beijing pada umumnya mengecam penyebutan Taiwan sebagai negara. Meskipun komentar Huang menjadi trending topik di media sosial China, media pemerintah tetap diam mengenai hal ini. "Itu karena mereka tak butuh kita, tapi kita membutuhkan mereka," tulis seorang pengguna media sosial Weibo.




(fyk/fyk)