Sebuah data pengguna TikTok yang dapat dilihat oleh publik menunjukkan adanya ketertarikan yang lebih besar terhadap perjuangan Palestina di antara para pengguna di Amerika Serikat, meskipun konten pro-Israel juga populer di platform tersebut.
Dalam 30 hari menjelang 8 November, sekitar 6.000 unggahan dengan 55 juta penayangan menggunakan tagar #standwithisrael, sedangkan sekitar 13.000 unggahan dengan 37 juta penayangan menggunakan #standwithpalestine.
Tapi tagar #freepalestine mengungguli kedua tagar tersebut, di mana ada 177.000 unggahan dengan 946 juta penayangan sebagaimana dilansir detiKINET dari Al Jazeera.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Netizen Teriak Setop #GazaHolocaust |
Namun demikian tidak ada satu pun tagar tentang konflik yang masuk dalam 100 tagar teratas selama periode tersebut, di mana aplikasi ini didominasi oleh konten yang berkaitan dengan Halloween, meme tentang Ohio, dan film adaptasi dari video game Five Nights at Freddy's.
Secara global, konten pro-Palestina sangat mendominasi dengan #freepalestine dan #standwithpalestine yang masing-masing mencapai 11 miliar dan satu miliar penayangan.
Di Amerika Serikat, kecenderungan terhadap konten pro-Palestina tampaknya mencerminkan pergeseran generasi yang telah berlangsung sejak sebelum perang Israel-Hamas.
Dalam survei tahun 2022 oleh Pew Research, sebanyak 61% orang Amerika dengan rentang usia 18-29 tahun mengatakan bahwa mereka memandang orang Palestina sangat baik atau agak baik, dibandingkan dengan rata-rata nasional sebesar 52%.
Ketika ditanyai pertanyaan yang sama tentang warga Israel, 56% dari mereka yang berusia 18 hingga 29 tahun mengatakan bahwa mereka memandang mereka secara positif dibandingkan dengan rata-rata 67%.
Meningkatnya sentimen pro-Palestina telah menjadi isu yang sangat penting di kampus-kampus universitas, di mana kampanye divestasi dan boikot yang ditujukan kepada Israel sangat populer.
Anti-Defamation League melaporkan 665 insiden anti-Israel di kampus-kampus dari Juni 2022 hingga Mei 2023 dan telah menyatakan keprihatinannya tentang gerakan radikal yang sedang berkembang untuk menempatkan penentangan terhadap Israel dan Zionisme sebagai elemen inti dari kehidupan kampus.
Bulan lalu, kelompok mahasiswa di Universitas Harvard memicu reaksi keras setelah merilis sebuah surat yang mengatakan bahwa Israel sepenuhnya bertanggung jawab atas semua kekerasan yang terjadi karena perlakuannya terhadap Palestina.
Akibatnya tiga mahasiswa hukum di Harvard dan Columbia University yang menandatangani surat tersebut harus rela kehilangan tawaran pekerjaan menyusul kontroversi tersebut.
Edward Ahmed Mitchell, Wakil Direktur Nasional Dewan Hubungan Amerika-Islam, mengatakan bahwa meskipun ada kekhawatiran yang beralasan mengenai TikTok, namun menonjolnya konten pro-Palestina di platform tersebut tidak termasuk di dalamnya.
"Sangatlah munafik jika para politisi ingin membatasi akses ke sebuah platform media sosial karena platform tersebut berani mengizinkan orang untuk secara bebas mengekspresikan dukungan mereka terhadap hak asasi manusia Palestina dengan cara yang tidak dilakukan oleh platform media sosial lainnya," kata Mitchell kepada Al Jazeera.
"Kaum muda juga telah terekspos ke dunia dan menerima berita secara langsung melalui media sosial dalam banyak kasus - tidak melalui filter media arus utama," tambahnya.
"Oleh karena itu, jika Anda memiliki anak muda yang tumbuh selama 10 tahun belajar tentang Palestina secara langsung dari para korban pelanggaran hak asasi manusia yang terus menerus terjadi, tidak mengherankan jika mereka lebih bersimpati pada rakyat Palestina." pungkas Mitchell.
(jsn/afr)