Belakangan ini di media sosial, semakin ramai netizen memajang foto layaknya lukisan, memakai bantuan aplikasi berbasis artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Hal itu membuat sebagian seniman resah dan geram.
Misalnya saja aplikasi Lensa. Dengan membayar sejumlah uang, maka pengguna bisa mengubah foto selfie-nya menjadi karakter digital yang menarik, dengan berbagai macam gaya pula.
Fenomena semacam itulah yang membuat sebagian seniman lukis khususnya merasa gelisah. Pertama, tentu penghasilan mereka bisa terganggu karena orang lebih memilih memakai AI yang praktis dan cepat.
Kemudian, aplikasi AI itu menghasilkan gambar dengan mempelajari gambar yang sudah ada, akan tetapi seringnya tanpa seizin para seniman yang membuatnya. Maka pembuat aplikasinya mendapat uang makin banyak, sedangkan seniman semakin buntung.
"Mengapa membayar untuk seni AI yang tidak etis yang mencuri dari seniman dan bahkan tidak terlihat bagus," tulis seorang seniman, seperti dikutip detikINET dari Futurism.
"Anda dapat memberi saya dan saya akan membuat sketsa kecil untuk Anda dan Anda dapat memiliki foto profil tanpa membebani hati nurani Anda atau perusahaan yang memiliki wajah Anda," tambahnya.
Dalam menghadapi popularitas generator gambar AI, banyak seniman telah menentang penggunaannya. Misalnya saja Greg Rutkowski, seorang seniman fantasi yang karyanya tanpa malu-malu dibajak begitu sering sehingga gayanya identik dengan tampilan murahan dari komputer.
"Saya mungkin tidak dapat menemukan lagi pekerjaan saya di luar sana karena internet akan dibanjiri dengan seni AI," katanya kepada MIT Technology Review. "Hal itu memprihatinkan."
Simak Video "Helm Ini Bantu Petugas Kebakaran Selamatkan Korban"
[Gambas:Video 20detik]
(fyk/fyk)