Gubenur Anies Baswedan meresmikan 22 nama jalan baru di DKI Jakarta, netizen pun memberikan respon beragam mengenai kebijakan ini. Nama jalan baru di 22 tempat ini diambil dari nama tokoh Betawi yang disegani.
Memantau lini massa di Twitter, detikINET menemukan sejumlah komentar netizen. Tentu saja ada pro dan kontra imbas kebijakan ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Warga Harus minta ganti rugi! Bikin ribet warga dki jakarta, karena Warga harus membuat e-KTP dan kartu keluarga (KK) baru imbas kebijakan Wan *e** mengganti 22 nama jalan di Jakarta," keluh @tri***82.
"Ketika di Gombong, Jln. Ganefo diubah menjadi Jln. Dewi Sartika, ya biasaΒ² saja. Ketika di Kab. Bekasi ada kecamatan baru, ya biasaΒ² saja. Ketika di Indonesia ada pemekaran wilayah propinsi baru, ya biasaΒ² saja. Ketika ada pergantian nama jalan di DKI, wuih ramenya 1/2 mati...." tulis @Je**pah*ZP.
"Inilah komen orang gob**k, DKI itu sdh berkali2 ganti nama, ngga pernah orang mengeluh ngurus surat tanah dan surat2 lainnya. Di daerah saya ada jalan yg dulu namanya jalan Parung ganti jadi jalan baru, lalu ganti lagi jd jln KH Soleh Iskandar. Ngga ada tuh yg ngeluh kesulitan," seru yang lainnya.
"Harusnya menamakan jln baru, gedung2 DKI, taman dll dgn tokoh2 betawi drpada merubah nama jalan yg malah bikin ribet masyarakat," saran seorang warganet.
22 nama jalan baru DKI Jakarta dilakukan sebagai bentuk apresiasi kepada tokoh-tokoh Betawi yang disegani. Nama yang dipakai di antaranya Jalan Mpok Nori dan Jalan H. Bokir bin Dji'un. Anies berharap adanya 22 nama jalan baru di Jakarta dapat menambah kesadaran generasi muda akan hadirnya tokoh-tokoh Betawi di Jakarta.
(ask/afr)