5 Fakta Unik La Sape, Seni Hidup Melarat yang Penting Gaya
Hide Ads

5 Fakta Unik La Sape, Seni Hidup Melarat yang Penting Gaya

Tim - detikInet
Senin, 18 Apr 2022 07:45 WIB
La Sape adalah komunitas pencinta fashion di Kongo. Mereka rela susah makan ketimbang melepas hobi mereka memakai pakaian desainer ternama Eropa.
Foto: Dok. La Sape
Jakarta -

Kongo, yang merupakan salah satu negara termiskin di dunia, memiliki komunitas unik bernama La Sape di mana orang-orangnya berpakaian perlente ala crazy rich di tengah kampung yang kumuh.

Para penganut La Sape dikenal karena kecintaan mereka mengenakan pakaian bermerek mahal, meski mereka hidup melarat. Berikut adalah fakta-fakta unik La Sape.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Berasal dari bahasa Prancis

La Sape adalah singkatan dari bahasa Prancis SociΓ©tΓ© des ambianceurs et des personnes elegantes atau Society of Atmosphere-setters and Elegant People.

Sape sendiri juga mengisyaratkan kata slang Prancis yang berarti berdandan. Budaya ini berpusat di kota Kinshasa dan Brazzaville, Kongo. Penganutnya dijuluki sapeur untuk lelaki dan sapeuse untuk perempuan.

ADVERTISEMENT

2. Muncul di awal abad ke-20

Asal-usul La Sape diyakini bermula di awal abad ke-20 di masa penjajahan Belgia-Prancis di mana budak Kongo bekerja untuk mendapatkan pakaian bekas.

Di luar jam kerja, para pria Kongo mulai berpakaian seperti pria Prancis yang fashionable, ditandai dengan pakaian warna-warni, sepatu mewah, aksesoris seperti topi bowler, tongkat, dan kacamata hitam. Mengenakan pakaian seperti itu, mereka merasa keren dan mendapatkan energi serta kegembiraan.

3. Bentuk ekspresi sosial

La Sape adalah bentuk eskpresi sosial dari orang-orang yang pernah dijajah. Sapeur menggunakan gerakan ini sebagai pelarian dari kesengsaraan mereka, yang kemudian menjadi inspirasi bagi komunitas lain.

Namun saat ini La Sape juga menjadi ideologi gerakan tentang menjadi bahagia dan elegan bahkan jika seseorang sebenarnya kekurangan makan. La Sape lebih dari sebuah subkultur. Ini adalah bagian penting dari budaya Kongo. Bahkan, para politisi dan musisi menghormati gerakan ini.

4. Seperti selebritas

Kaum Sapeur diperlakukan bak selebritas. Mereka membawa harapan dan kegembiraan bagi komunitas yang dicekam kekerasan dan konflik selama bertahun-tahun.

Menghabiskan uang untuk jas estetik dan pakaian sutra mungkin tampak sembrono di Kongo, di mana lebih dari 70% penduduknya hidup dalam kemiskinan. Namun La Sape bertujuan lebih dari sekadar untuk membantu orang melupakan masalah mereka. Budaya ini telah menjadi bentuk halus aktivisme sosial, sebuah cara untuk membalikkan meja kekuasaan dan memberontak melawan kondisi ekonomi mereka.

5. Tuai pro kontra

Sebagian orang mengecam gaya sapeur dan menganggap mereka berpikiran dangkal. Orang-orang yang mengkritik, tak habis pikir mengapa seseorang rela kelaparan dan melarat dengan lebih memilih membeli pakaian buatan desainer ternama ketimbang makan.

Namun sebagian lainnya meyakini gaya hidup ini dapat membawa secercah harapan. Bagi para sapeur, La Sape bukan sekadar ekspresi, melainkan juga gaya hidup, perilaku, dan filosofi yang mereka jalani



Simak Video "Video: Trump Disebut Salah Klaim soal Foto Genosida Kulit Putih di Afsel"
[Gambas:Video 20detik]