Ukraina mendapatkan bantuan sistem pertahanan udara anti pesawat S-300 dari negara di Eropa. Namun belum-belum, Rusia mengklaim sudah berhasil menghancurkan empat launcher atau peluncur rudal tersebut.
Kemenhan Rusia menyebut rudal Kalibr yang diluncurkan dari lautan telah menghancurkan empat peluncur S-300 yang disembunyikan di dalam hanggar di pinggir Kota Dnipro, Ukraina. Ada 25 tentara Ukraina terkena serangan itu.
Rusia tak menyebut negara Eropa yang mana yang memasok S-300 itu. Namun, Slovakia yang pada akhir pekan mengumumkan pengiriman S-300 miliknya ke Ukraina, membantah bahwa pasokannya dihancurkan Rusia. Slovakia menyebut laporan itu adalah kebohongan Rusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah, bagaimana seluk beluk rudal S-300 ini? S-300 sebenarnya berasal dari Rusia, tepatnya dibuat di masa Uni Soviet. Produsennya adalah NPO Almaz yang berbasis di Rusia dan rudal ini sudah dioperasikan sejak tahun 1978.
Rudal S-300 ini ditujukan untuk menembak pesawat tempur ataupun rudal lain, dan punya daya jangkau yang jauh, tergantung jenisnya. Misalnya, rudal jenis 48N6 mampu menembak target bergerak sampai maksimal sejauh 150 kilometer.
Dalam perkembangannya, banyak negara yang membeli dan memiliki rudal itu, seperti Belarusia, China, Slovakia, Iran, Vietnam, Mesir, India, Bulgaria sampai Yunani. Rusia punya paling banyak, sekitar 1.900 unit di tahun 2000.
Seperti dikutip detikINET dari Missile Threat, Kamis (14/4/2022) Amerika Serikat pernah membeli komponennya pada tahun 1994 dari Belarusia dan di 1995, mereka membeli beberapa rudal S-300 untuk keperluan uji coba.
Pada 2016, rudal S-300P sudah tidak diproduksi, namun permintaan ekspor tetap ada dan dipenuhi dengan model daur ulang. Rusia juga menempatkannya di Crimea sejak pendudukannya di wilayah itu tahun 2014. Kabarnya, ada juga yang ditempatkan di Suriah.
Halaman selanjutnya, cara kerja rudal S-300>>>