Twitter Perluas Uji Coba Fitur Birdwatch untuk Lawan Misinformasi
Hide Ads

Twitter Perluas Uji Coba Fitur Birdwatch untuk Lawan Misinformasi

Virgina Maulita Putri - detikInet
Rabu, 09 Mar 2022 11:47 WIB
LONDON, ENGLAND - NOVEMBER 07:  In this photo illustration, the Twitter logo and hashtag #Ring! is displayed on a mobile device as the company announced its initial public offering and debut on the New York Stock Exchange on November 7, 2013 in London, England. Twitter went public on the NYSE opening at USD 26 per share, valuing the companys worth at an estimated USD 18 billion.  (Photo by Bethany Clarke/Getty Images)
Twitter Perluas Uji Coba Fitur Birdwatch untuk Lawan Misinformasi Foto: GettyImages
Jakarta -

Tahun lalu Twitter mulai menguji coba fitur Birdwatch secara terbatas di Amerika Serikat. Kini mereka mulai memperluas uji coba tersebut untuk memerangi misinformasi dan informasi yang menyesatkan.

Birdwatch merupakan fitur baru Twitter di mana pengguna bisa memberikan konteks tambahan ke sebuah cuitan yang diyakini menyesatkan atau berisi misinformasi. Sebelumnya fitur ini masih dalam tahap uji coba pilot yang melibatkan sekitar 10.000 pengguna, dan catatan tambahan yang diberikan kontributor hanya bisa diakses di halaman Birdwatch.

Kini sejumlah kecil pengguna di AS akan bisa melihat langsung catatan Birdwatch di bawah cuitan. Tidak hanya melihat catatan Birdwatch langsung di bawah cuitan, pengguna Twitter juga bisa menilai catatan untuk memberikan masukan tambahan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami melihat mayoritas orang yang disurvei menemukan catatan Birdwatch bermanfaat," kata Vice President of Product Twitter Keith Coleman dalam press briefing virtual, Selasa (8/3/2022).

"Yang menggembirakan, orang-orang 20 hingga 40% kali lebih kecil kemungkinannya untuk menyetujui tweet dengan isi yang menyesatkan saat mereka melihat catatan Birdwatch versus orang-orang yang tidak melihat catatan itu," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Sebelum muncul di bawah cuitan, catatan Birdwatch harus dinilai bermanfaat oleh beberapa kontributor dari perspektif yang berbeda. Perspektif yang berbeda ini dinilai dari bagaimana mereka menilai catatan sebelumnya, bukan berdasarkan demografi.

"Contohnya ada dua orang yang sebelumnya menilai sesuatu dengan sangat berbeda dan tidak saling setuju, tapi mereka menilai catatan ini sebagai bermanfaat. Ini merupakan tanda yang bagus bahwa catatan itu akan bermanfaat untuk orang-orang yang memiliki sudut pandang berbeda," kata Coleman.



Twitter juga akan memberikan opsi bagi kontributor Birdwatch untuk kontribusi menggunakan nama alias, bukan username Twitter mereka yang sebenarnya. Hal ini dilakukan agar kontributor tidak mengalami pelecehan atau bullying jika memberikan catatan di topik yang kontroversial.

Perusahaan berlogo burung ini juga berkolaborasi dengan media ternama seperti Associated Press dan Reuters untuk membantu timnya menilai kualitas informasi yang diberikan kontributor.

Selain itu, Twitter juga menggandeng peneliti dari MIT, University of Washington, dan University of Michigan School of Information yang mempelajari misinformasi, manipulasi online, dan pelecehan.

Saat ini fitur Birdwatch baru tersedia di Amerika Serikat dan hanya bisa diakses oleh sedikit pengguna. Coleman tidak mengungkap kapan Twitter akan membawa fitur ini secara lebih luas ke negara dan bahasa lain.

"Kami berencana membawa Birdwatch ke semua orang di dunia di seluruh negara dan semua bahasa," kata Coleman.

"Ini merupakan produk yang menantang untuk dibangun dan karena itu kami mulai di satu negara. Tapi begitu kami telah berhasil dalam skala besar, kami sangat ingin membawanya ke lebih banyak negara dan lebih banyak bahasa," pungkasnya.




(vmp/fay)