Biasanya, para enthusiast drone di Ukraina akan menerbangkan perangkatnya untuk fotografi atau kegiatan lain seperti balapan. Namun sekarang, mereka bertaruh nyawa sebagai relawan yang memakai drone untuk mengintai tentara Rusia.
"Kyiv membutuhkan kalian dan drone kalian di momen ini," tulis sebuah postingan di Facebook baru-baru ini dari militer Ukraina kepada para warga Ukraina yang gemar main drone dan berpengalaman dalam mengoperasikannya.
Seperti di banyak negara, drone yang digemari di sana misalnya adalah DJI buatan perusahaan asal China. Seorang pebisnis di Kyiv bahkan membagikan 300 drone buatan DJI untuk mengintai Rusia. Yang lainnya berusaha mencari tambahan drone dengan meminta bantuan dari Polandia dan negara Eropa lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mengapa kami melakukan hal ini? Tidak ada pilihan lain. Ini adalah Tanah Air kami, rumah kamu," kata Denys Sushko, bos perusahaan drone Ukraina, DroneUA.
"Kami benar-benar menggunakan semua hal yang bisa membantu untuk melindungi negara kami dan drone adalah perangkat yang bagus untuk mendapat data real time. Setiap orang mengupayakan apa yang mereka bisa," kata dia seperti dikutip detikINET dari Associated Press.
Tentu drone komersial seperti DJI bukanlah drone untuk pertempuran seperti drone buatan Turki Bayraktar TB2 misalnya. Namun drone tersebut bisa menjadi perangkat mata-mata yang efektif, misalnya mengintai konvoi Rusia dan membagikannya ke tentara Ukraina. Sebagian drone dibekali pula dengan night vision dan sensor panas.
Namun memang ada beberapa kelemahannya. Misalnya drone DJI menyediakan tool yang bisa menentukan lokasi sebuah drone, khususnya jika yang mengoperasikannya kurang berpengalaman, dan tidak ada yang tahu apa yang dilakukan DJI dengan data itu.
DJI tidak menjelaskan apakah drone mereka dapat dideteksi oleh pihak Rusia. Juru bicara DJI menyebut bahwa mereka tidak pernah mengira perangkatnya akan dimanfaatkan dalam situasi perang.
"Risiko terhadap operator drone di Ukraina besar. Dengan menentukan lokasi operator bisa berujung pada tembakan rudal," sebut pengamat keamanan drone dari Australia, Mike Monnik.
(fyk/fay)