Twitter akhirnya angkat bicara soal diblokirnya akun-akun yang menyebarkan informasi terkait invasi Rusia ke Ukraina. Mereka mengakui kalau itu adalah sebuah kesalahan dan kini sudah mengembalikan akses ke akun-akun tersebut.
Diblokirnya akun-akun ini pertama disadari oleh Aric Toler, seorang peneliti di Bellingcat, yang melihat akun @667_mancer tak bisa diakses. Itu adalah salah satu akun open source intelligence (OSINT) yang di-suspend.
Kemudian banyak pengguna Twitter lain yang juga melaporkan hilangnya sejumlah akun OSINT, yang diakibatkan oleh laporan massal terhadap akun-akun tersebut. Twitter kemudian mengakui kalau ini adalah kesalahan mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami memantau secara proaktif perkembangan narasi yang melanggar aturan kami, dan dalam kasus ini, kami mengambil langkah penegakan terhadap akun-akun yang salah," ujar Elizabeth Busby, juru bicara Twitter dalam keterangannya.
"Kami terus menerus meninjau aksi ini dan secara proaktif mengembalikan akses ke sejumlah akun yang terdampak," tambahnya.
Laporan massal terhadap akun-akun yang sempat diblokir itu dilakukan oleh 'kampanye bot terkoordinasi' yang tidak akurat. Dalam kicauannya, Head of Site Integrity Twitter Yoel Roth menjelaskan kalau tim moderasinya membuat kesalahan dalam usahanya untuk mendeteksi dan menghapus foto dan video yang diduga mengandung hoax.
Akun-akun analis OSINT dan peneliti misinformasi memang sering memposting foto dan video yang sudah diedit, yang tujuan awalnya untuk menyebarkan misinformasi. Namun akun-akun tersebut bertujuan untuk meluruskan fakta yang sebenarnya.
Tampaknya hal inilah yang dimanfaatkan oleh para bot untuk melakukan laporan massal 'report as spam' terhadap akun-akun tersebut. Diblokirnya akun-akun OSINT ini dianggap bakal menguntungkan tujuan militer Rusia di Ukraina.
Rusia sendiri sebelumnya sudah sering dituding ada di balik berbagai kampanye misinformasi di media sosial, misalnya saat mereka dianggap menyebarkan narasi yang sesat selama aneksasi Crimea pada 2014 lalu.
Mereka pun sebelumnya sudah melakukan berbagai serangan siber ke Ukraina, menargetkan sejumlah bank di negara tersebut dan juga berbagai situs pemerintahan dengan menggunakan serangan DDoS.
*Anda kini bisa cek harga dan perbandingan smartphone terbaru di detikINET. Silakan klik DI SINI.
(asj/fay)