Kisah Nyata YouTuber Sukses Disangka Pesugihan dan Teroris
Hide Ads

Kampung Youtuber

Kisah Nyata YouTuber Sukses Disangka Pesugihan dan Teroris

Arbi Anugrah - detikInet
Sabtu, 12 Jun 2021 16:00 WIB
Profil Siboen dan Kampung Youtuber di Banyumas
Siboen dan para anggota Kampung YouTuber (Foto: Arbi Anugrah/detikcom)
Jakarta -

Siswanto (38) jadi YouTuber kampung yang sukses dengan subscriber jutaan orang. Eh, dia malah disangka pesugihan dan teroris oleh warga desa yang lain.

Siboen Chanel adalah akun YouTube yang punya 1,22 juta subscribers dan 2.032 konten video. Siboen --panggilan akrabnya-- adalah perintis Kampung YouTuber di Desa Kasegeran, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.

6 Bulan perjuangannya merintis YouTube berbuah manis. Terbelilah rumah dan kios untuk bengkel senilai Rp 450 juta. Tapi yang terjadi kemudian adalah tuduhan negatif dari warga desa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pikir mereka, bagaimana bisa anak muda desa yang cuma buka bengkel dan tampak sering main HP, bisa membeli rumah ratusan juta rupiah.

"Ada praduga saya itu pesugihan di desa saya. Kan saya kerjanya cuma bengkel kecil, kok bisa beli rumah semahal ini, ini kan Rp 450 juta. Waktu itu pendapatan saya sudah mencapai Rp 50 jutaan," jelasnya dalam obrolan dengan detikINET awal pekan ini.

ADVERTISEMENT

Menurut Siboen, para pemuda desa dilarang untuk dekat dan main ke bengkel miliknya agar tidak dijadikan tumbal. Suasana jadi resah, dan Siboen merasa perlu meluruskan masalah agar seluruh prasangka buruk tentang dirinya dapat terbantahkan. Di sinilah awal mula dirinya mengajak pemuda desa untuk mengikuti jejaknya.

Profil Siboen dan Kampung Youtuber di BanyumasSiboen menunjukkan penghargaan Kemensos dan Gold Play Button YouTube (Foto: Arbi Anugrah/detikcom)

"Waktu ada rapat di Balai Desa yang dihadiri tokoh masyarakat, pemuda, para Ketua RT, saya datang dan saya menyampaikan, bahwa saya punya usaha di dunia maya, namanya YouTube. Orang kampung Kasegeran itu masih buta, saya menjelaskan di kantor Balai Desa kalau itu namanya YouTube, video apa saja bisa jadi konten," ucapnya.

Setelah dirinya mengumumkan di desa dalam tujuan untuk antisipasi agar tidak terjadi sesuatu hal di sosial kemasyarakatan. Di akhir rapat di kantor desa dirinya menyampaikan kembali kepada warga yang punya anak atau saudara dan berkeinginan untuk ikut berusaha di dunia YouTube, dirinya siap membimbing.

"Sejak itu pun masih tidak ada yang datang, tidak ada yang tertarik, mulailah datang satu-dua, langsung saya diklat di sini," kata dia.

Ketika muridnya makin banyak sampai 10 orang, ada lagi tuduhan baru. Siboen dan murid-muridnya disangka kelompok teroris. Suara mereka dianggap mengganggu warga lain sampai akhirnya ditegur ketua RT.

"Ini tetangga masih tidak tahu, ngapain ramai-ramai, jangan-jangan teroris, ya namanya manusia ada saja. Saya cari tempat lain, nah jadilah di taman yang kebun dulunya, buat nongkrong ngajari mereka. Di tengah kebun di pinggir sawah, akhirnya sekarang saya ubah jadi taman yang asyik nyaman buat belajar bersama," ujarnya menceritakan lahirnya Kampung Youtuber.




(arb/fay)