Tips Sebelum Anda Beli Bitcoin Agar Tak Panas Dingin
Hide Ads

Tips Sebelum Anda Beli Bitcoin Agar Tak Panas Dingin

Anggoro Suryo Jati - detikInet
Kamis, 03 Jun 2021 20:41 WIB
VANCOUVER, BC - OCTOBER 29: Gabriel Scheare uses the worlds first bitcoin ATM on October 29, 2013 at Waves Coffee House in Vancouver, British Columbia. Scheare said he
Foto: Getty Images
Jakarta -

Investasi dalam bentuk aset kripto seperti bitcoin belakangan tengah naik daun. Namun seringkali investasi dalam bentuk ini membuat investornya panas dingin alias panik akibat nilai tukar aset kriptonya yang naik turun.

Menurut Safir Senduk, seorang perencana keuangan, kepanikan ini terjadi karena investor menggunakan uang yang salah untuk membeli aset kripto. Maksudnya adalah mereka tak menggunakan 'uang nganggur' untuk membeli aset kripto seperti bitcoin dan sejenisnya.

"Kuncinya adalah uang nganggur. Biasanya yang bikin panas dingin itu karena yang dipakai bukan uang ngganggur," ujar Safir dalam acara konferensi pers yang digelar Treasury, Kamis (3/6/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Safir, uang yang bukan nganggur ini -- sering juga disebut uang dingin -- adalah uang yang sebenarnya diperuntukkan untuk keperluan lain dalam waktu dekat. Misalnya untuk membayar uang kuliah. Jadi, ini adalah uang yang memang sudah ada rencana untuk dipakai. Namun ketika mendadak dipakai untuk beli aset kripto, terganggulah rencana kuangannya yang asli.

"Contohnya uang itu tiga hari lagi mau dipakai, misalnya untuk bayar kuliah, padahal pasar lagi naik turun. Alhasil ia terpaksa mencairkan asetnya dalam kondisi rugi," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Sementara jika yang dipakai berinvestasi itu uang nganggur, investor seharusnya tak akan panik saat nilai tukarnya merosot, karena uangnya juga tak akan dipakai untuk kebutuhan lain dalam waktu dekat.

"Kalau kita pakai uang nganggur dijamin tak akan panas dingin. Jadi kalau pas turun kita bisa tenang saja, kalau pas naik ya syukur," lanjut Safir.

Lebih lanjut, Dian Supolo yang merupakan co founder sekaligus CEO Treasury mencontohkan penggunaan uang nganggur ini dengan analogi menonton film di bioskop.

"Kamu bisa pakai uang yang mungkin untuk nonton di bioskop, misalnya 20 ribu untuk nonton, lalu filmnya tidak sesuai harapan, kamu nggak akan minta uangnya balik kan? karena itu uang nganggur," ujar Dian dalam acara yang sama.

Edukasi seperti inilah yang didorong oleh Treasury, yaitu mengingatkan investor terhadap semua potensi dan risiko yang bisa terjadi saat berinvestasi.

Karenanya, Treasury mendorong penerapan konsep Keseimbangan Keuangan dalam bertransaksi aset digital, bersamaan dengan peluncuran Aset Kripto di platform Treasury, yang bisa menjadi alternatif simpanan bersama Emas Fisik Digital dalam satu aplikasi.

"Kami percaya bahwa edukasi mengenai aset kripto sangat penting, terutama di tengah antusiasme masyarakat yang terus meningkat terhadap aset ini. Melalui konsep Keseimbangan Keuangan, kami ingin mengajak masyarakat untuk menggunakan "dana menganggur", misalnya uang jajan atau rekreasi, bukan dana kebutuhan sehari-hari atau dana untuk tujuan keuangan dasar, seperti Dana Darurat atau mungkin Dana Pendidikan," jelas Dian.




(asj/fay)