Melalui Tesla, Elon Musk membeli banyak Bitcoin, bahkan rencananya Bitcoin akan bisa digunakan untuk membeli kendaraan listriknya. Namun belakangan karena alasan penambangan Bitcoin tak ramah lingkungan, rencana itu kandas. Hal itu menjadi sasaran kritikan dedengkot kripto ini.
Changpeng Zhao adalah CEO website penukaran mata uang kripto Binance. Di Twitter, ia melayangkan sindiran kenapa listrik yang digunakan untuk menambang Bitcoin dipermasalahkan sedangkan tidak demikian halnya jika untuk kendaraan listrik.
"Ketika Anda menggunakan listrik untuk menjalankan kendaraan, hal itu disebut ramah lingkungan. Ketika Anda memakai listrik untuk menjalankan jaringan finansial paling efisien di dunia, sebutannya adalah kekhawatiran soal lingkungan," cuit Zhao.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dikutip detikINET dari Independent, Rabu (2/6/2021) walau Zhao tak terang-terangan menyebut nama, hampir pasti yang ia sasar adalah Tesla dan Elon Musk.
"Tesla menangguhkan kendaraan bisa dibeli dengan Bitcoin. Kami cemas terhadap penggunaan bahan bakar fosil yang meningkat cepat karena penambangan dan transaksi Bitcoin, terutama batu bara, yang merupakan emisi terburuk dari bahan bakar manapun," sebut Tesla dalam cuitan yang dibagi Musk.
"Mata uang kripto adalah ide bagus dalam banyak hal dan kami yakin masa depannya menjanjikan, namun hal ini tidak boleh menimbulkan ongkos besar pada lingkungan. Tesla tidak akan menjual Bitcoin dan kami ingin menggunakannya sebagai transaksi sesegera saat transisi penambangan lebih sustain," tambah Tesla.
Namun memang keputusan Musk itu dilandasi oleh alasan yang kuat. Banyak yang menyebut penambangan Bitcoin saat ini sangat boros listrik dan di masa depan bisa membahayakan lingkungan.
Energi listrik sangat bergantung pada bahan bakar fosil, terutama batu bara. Prosesnya pun menghasilkan banyak polusi. Dengan semakin maraknya aktivitas penambangan, konsumsi listrik pun bakal kian besar.
Produksi Bitcoin diperkirakan menghasilkan antara 22 sampai 22,9 juta metrik ton emisi karbondioksida setiap tahun berdasarkan studi tahun 2019 oleh jurnal ilmiah Joule. Itu setara dengan emisi yang dihasilkan Yordania dan Sri Lanka.
(fyk/fay)