Mantan Pengusaha Silicon Valley Kritik Bukit Algoritma, Kenapa?
Hide Ads

Mantan Pengusaha Silicon Valley Kritik Bukit Algoritma, Kenapa?

Tim - detikInet
Minggu, 25 Apr 2021 18:00 WIB
Bukit Algoritma disebut bakal menjadi Silicon Valley-nya Indonesia. Area ini ada di kawasan ekonomi khusus untuk pengembangan teknologi dan industri 4.0.
Lokasi Bukit Algoritma. Foto: Syahdan Alamsyah/Detikcom
Jakarta -

Kesuksesan Silicon Valley, pusat para raksasa teknologi di California, jadi inspirasi Bukit Algoritma di Indonesia. Bukit Algoritma ini rencananya akan dibangun di atas lahan seluas 888 hektar di Sukabumi, Jawa Barat. Dukungan pun banyak muncul walau tak sedikit pula kritikan.

Politisi PDIP Budiman Sudjatmiko yang menjadi salah satu penggagasnya, menyebut bahwa investor asing dari beberapa negara sudah tertarik dengan proyek triliunan rupiah itu. Jika nanti jadi kenyataan, Bukit Algoritma akan jadi pusat inovasi teknologi canggih termasuk kecerdasan buatan, drone, panel surya, dan teknologi energi terbarukan lainnya.

Fasilitasnya pun nantinya akan sangat lengkap untuk menunjang berkembangnya inovasi. Namun demikian, ada kritikan muncul terkait kesuksesan Silicon Valley bukan karena adanya fasilitas real estate yang luar biasa. Silicon Valley melambung karena budaya inovasi dan karakteristik orang-orangnya hingga menjadikannya istimewa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya tidak begitu memahami kenapa pemerintah cenderung berpikir bahwa bahan utama mencipta ulang Silicon Valley adalah membuat taman real estate. Dan untuk beberapa alasan, pemerintah memilih desa terpencil dengan real estate yang terjangkau, tapi bukan seperti itu inovasi berkembang," sebut mantan Pengusaha Silicon Valley dan pendiri perusahaan modal ventura Golden Gate Ventures yang berfokus di Asia Tenggara, Vinnie Lauria.

Dia menambahkan bahwa 'bahan-bahan' magis yang akhirnya melahirkan kawasan Silicon Valley beserta segenap raksasa teknologi yang saat ini berkembang pesat di dalamnya adalah orang-orangnya, yang berasal dari berbagai latar belakang untuk kemudian berjejaring dan berkolaborasi dengan mudah.

ADVERTISEMENT

Lokasi sempurna ekosistem seperti itu menurutnya adalah area urban yang padat dan kosmopolitan. Dengan kata lain, bukan di lokasi yang jauh dari pusat keramaian.

Dikutip detikINET dari South China Morning Post, ia mengisahkan bahwa masa awal Silicon Valley ada beragam orang dan beragam tujuan datang ke San Francisco. Baik untuk sekolah, menjadi seniman, para penggiat ilmu komputer dan lainnya. "Bagi saya, keberagaman melahirkan inovasi," ucap Lauria.

Di sisi lain, Budiman Sudjatmiko sendiri menaruh harapan tinggi pada bukit Algoritma. Politisi PDI-P yang juga tokoh pendiri Partai Rakyat Demokratik (PRD) itu menyebut nantinya ada 7 hektar lahan untuk kebutuhan energi. Nantinya kebutuhan energi akan dipasok sebanyak 1 giga watt menggunakan solar cell atau tenaga matahari.

"Bahkan pasarnya sudah sudah aman untuk Amerika 40 persen nanti kemudian ke desa-desa, ke BUMN, 1 giga watt energi solar cell penemuan sendiri," ujar Budiman dalam kunjungannya ke sana baru-baru ini.

Sejumlah rencana antara lain mau dibuat pusat kajian kewilayahan dan ekspansi ruang udara untuk membuat drone, angkutan, spy, pengawasan, militer, kargo dan drone angkutan yang bisa yang bisa menempuh jarak ratusan kilometer. "Kemudian membuat nano satelite, seukuran handphone," sambungnya.

Bukan hanya soal teknologi, di kawasan itu dikatakan Budiman akan ada industri kesehatan. Ia menegaskan nantinya ada pengusaha Indonesia yang ingin membuat alat-alat kesehatan secara mandiri.

"Kemudian ada industri kesehatan namun bukan importir ya , jadi pengusaha Indonesia yang ingin membuat alat-alat kesehatan secara mandiri, mulai dari jarum suntik, nano robot, sampai yang paling sederhana (yakni) masker dia sudah punya bisnis ke arah sana. Artinya kita ingin mengembangkan di sini bagaimana pengembangannya," ungkap Budiman.

Saat ini dijelaskan Budiman yang sudah bergerak yaitu nano teknologi centre yang bekerja sama dengan proyek Bukit Algoritma.

"Dengan pengusaha di rekayasa nano teknologi untuk atom kemudian neuro science dan biologi molekular, biologi skala kecil. Tiga minggu ini pending dan berlanjut setelah Lebaran berjalan semua, pengerjaan oleh BUMN Amarta Karya," pungkas dia.