Jakarta -
Setelah mengkritik sistem keuangan China yang disebut telah usang, Jack Ma terus-terusan ditekan oleh pemerintahan Xi Jinping. Dalam beberapa bulan terakhir, perusahaan besutan Jack Ma ada yang dijatuhi denda, diancam dilepas paksa, dan aplikasinya ditarik dari publik.
Sebagai pendiri raksasa teknologi, Alibaba, wajar jika Jack Ma mendapat perhatian khusus dari Beijing. Berikut rangkuman beberapa hukuman dan ancaman yang ditebar pemerintah China kepada bisnis Jack Ma dalam sebulan terakhir:
1. UC Browser ditarik dari toko aplikasi
Pada pertengahan Maret 2021, aplikasi UC Browser yang dimiliki Alibaba dilenyapkan dari toko aplikasi Android di China. Aplikasi ini menghilang setelah UC Browser dikritik di sebuah acara yang disiarkan di stasiun televisi milik negara karena menampilkan iklan medis yang menyesatkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Acara tersebut menuduh UC Browser mengizinkan rumah sakit swasta untuk menawar 'nama rumah sakit paling terkenal di China' dalam kata kunci pencarian. Sehingga berpotensi memikat pasien ke situs web mereka alih-alih rumah sakit umum yang seharusnya dikunjungi.
Usai kejadian tersebut, sebagian besar toko aplikasi Android China, termasuk yang dioperasikan oleh Huawei, Xiaomi dan Tencent, telah menghapus UC Browser. Menghapus aplikasi dalam jangka waktu tertentu adalah hukuman umum di China bagi perusahaan yang dianggap melanggar aturan.
Pihak UC Browser sendiri sudah menanggapi hal tersebut. Mereka akan melakukan koreksi dan konten yang dipermasalahkan telah dihapus.
Hilangnya UC Browser dari toko aplikasi Android di China terjadi sehari setelah presiden Xi Jinping mengeluarkan peringatan keras kepada sektor teknologi negara itu lantaran ukuran dan pengaruhnya yang semakin besar.
Mereka berencana memperketat regulasi perusahaan internet besar. Grup Alibaba yang menyumbang sekitar sepersepuluh dari penjualan ritel di negara itu menjadi target utama tindakan keras tersebut.
2. Diancam lepas bisnis media massa
Beberapa hari setelah UC Browser menghilang dari toko aplikasi, pemerintah China dilaporkan akan memaksa Jack Ma untuk melepas bisnis media massa yang dikelola oleh Alibaba. Jika benar, salah satu media besar yang diincar adalah South China Morning Post (SCMP).
SCMP yang berbasis di Hong Kong adalah media kawakan berbahasa Inggris. Alibaba membelinya pada tahun 2015 senilai USD 266 juta.
Kabar bahwa Alibaba akan menjual SCMP karena tekanan pemerintah China membuat resah para karyawan dan jurnalisnya. Apalagi walau belum ada kabar siapa pembelinya, ada dugaan adalah perusahaan China sehingga ditakutkan, SCMP akan terkekang, tidak bebas lagi dalam memberitakan.
CEO SCMP, Gary Liu, pun coba menenangkan para pegawai. "Yakinlah bahwa komitmen Alibaba pada SCMP tetap tidak berubah dan akan terus mendukung misi kita dan tujuan bisnisnya," kata dia dalam sebuah memo.
"Tidak ada rencana perubahan kepemilikan. SCMP tetap berkomitmen melayani pembaca global kita dengan jurnalisme independen dan analisis mendalam, seperti yang sudah kita lakukan selama lebih dari 117 tahun," tulisnya lagi, seperti dikutip detikINET dari The Standard.
Alibaba kabarnya dipaksa menjual aset media karena pemerintah China khawatir pengaruh mereka semakin luas. Seperti diketahui, pemerintah China sangat ketat dalam mengendalikan pemberitaan media. Media Jack Ma mungkin ditakutkan tidak seiring sejalan dengan propaganda mereka.
3. Alibaba kena denda Rp 40 triliun
Beberapa hari yang lalu, Alibaba dijatuhi denda sebesar USD 2,75 miliar atau lebih dari Rp 40 triliun. Ini adalah denda anti monopoli terbesar yang pernah dijatuhkan di China.
Denda tersebut setara dengan 4% dari pendapatan Alibaba di tahun 2019. Penalti ini dijatuhkan setelah investigasi anti monopoli yang dilakukan regulator China menyebut Alibaba telah menyalahgunakan posisinya yang dominan di pasar.
Regulator State Administration for Market Regulation (SAMR) menyebut Alibaba bersalah karena sejak tahun 2015 telah mencegah para merchant di tokonya untuk menggunakan platform online yang lain. Hal inilah yang dinyatakan sebagai pelanggaran karena menghalangi kompetisi.
Alibaba sendiri mengaku menerima keputusan denda tersebut. "Alibaba tidak akan mencapai pertumbuhan kami tanpa regulasi dan layanan pemerintah serta dukungan dari seluruh konstituen yang krusial dalam perkembangan kami," demikian pernyataan Alibaba.
"Ini adalah kasus anti monopoli paling besar di China. Pasar sudah mengantisipasi akan adanya penalti ini, tapi orang harus memperhatikannya lagi karena investigasinya tidak cuma anti monopoli tapi bisa juga divestasi aset media," cetus Hong Hao, pengamat pasar di Hong Kong.
4. Kampus Jack Ma dilarang terima mahasiswa baru
Sekolah bisnis milik Jack Ma, Universitas Hupan, ikut terkena dampak tekanan dari pemerintah China. Hal ini sepertinya dilakukan untuk mengendalikan pengaruh Jack Ma di China.
Universitas Hupan dipaksa untuk menangguhkan pendaftaran siswa baru menyusul tekanan dari pemerintah China yang kian memperketat pengawasan mereka pada kerajaan bisnis dan lembaga yang berafiliasi dengan miliarder teknologi asal China tersebut.
Dikutip dari Financial Times, Universitas Hupan adalah kampus pelatihan eksekutif bisnis bergengsi. Konon, sulit untuk diterima di kampus tersebut, sama seperti jika mendaftar di Universitas Harvard. Karena tekanan pemerintah, kampus ini telah menangguhkan kelas tahun pertamanya yang akan dimulai pada akhir Maret. Tidak diketahui jelas, kapan siswa baru bisa kembali mendaftar.
"Pemerintah berpikir Universitas Hupan berpotensi mengorganisir pengusaha top China untuk bekerja menuju tujuan bersama yang ditetapkan oleh Jack Ma, bukan partai Komunis, sehingga mereka berpikir Hupan tidak bisa dibiarkan," kata salah satu sumber internal yang menolak disebutkan namanya.
Orang-orang yang dekat dengan situasi tersebut saat ini sangat berhati-hati karena berada di bawah pengawasan ketat pemerintah. Adapun kelas-kelas di kampus saat ini tetap berjala untuk siswa yang sudah ada.
Terseretnya Universitas Hupan dalam isu ini merupakan indikasi terkuat bahwa tindakan keras terhadap kepentingan Jack Ma meluas melampaui bisnisnya. Pemerintah China tak segan menyasar lembaga atau kegiatan lain yang dianggap menjadi tempat Jack Ma memproyeksikan pengaruhnya.