Dampak Psikologi Siswa Akibat Belajar Online dan Solusinya
Hide Ads

Dampak Psikologi Siswa Akibat Belajar Online dan Solusinya

Agus Tri Haryanto - detikInet
Rabu, 10 Mar 2021 11:30 WIB
Siswa siswi menggunakan fasilitas WiFi gratis saat mengikuti kegiatan pembelajaran jarak jauh di balai warga RW 05 Kelurahan Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta, Jumat (27/8/2020). WiFi gratis ini disediakan oleh swadaya warga RW 05 guna membantu anak-anak yang melakukan pembelajaran jarak jauh yang terkendala dengan kuota internet.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Dampak pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang berkepanjangan menimbulkan tekanan psikologis terhadap siswa. Pembekalan yang tepat sasaran bagi siswa menjadi solusi, terutama jelang ujian sekolah.

Bagi yang mudah beradaptasi, maka PJJ bukanlah masalah. Beda dengan siswa yang merasa sulit atau tidak cepat beradaptasi, alih-alih efektif, PJJ bisa saja menciptakan stres bagi mereka.

Disampaikan Psikolog Intan Erlita persoalan tersebut tak terlepas dari kedudukan anak itu sendiri sebagai makhluk sosial, di mana mereka butuh berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Dalam hal ini, bukan saja orang tua, tapi juga teman seusianya, guru, dan lingkungannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

"Karena logikanya anak-anak itu, baik TK, SD, SMP, maupun SMA membutuhkan kontak atau sosialisasi yang cukup tinggi. Mereka belajar mengenali lingkungan, belajar mengenali bagaimana mengobrol dengan guru, orang yang lebih tua, serta bagaimana beradaptasi dengan teman-teman seumurnya," kata Intan.

"Pandemi ini membuat mereka kehilangan masa-masa dikatakan sebagai hubungan manusianya itu. Hubungan bagaimana dia beradaptasi. Nah ini, menimbulkan stres tersendiri," ucapnya.

Kondisi tersebut diperburuk dengan tuntutan belajar yang tingi, tugas menumpuk, namun waktu yang tersedia mengerjakanya sedikit, hingga tidak adanya waktu mengaktualisasikan diri. Di level ini, Intan mengatakan, banyak anak akhirnya jenuh dan lelah yang berdampak nilai turun sampai emosi yang tidak stabil.

Berbicara mengenai ujian, tekanannya makin tinggi. Di satu sisi harus beradaptasi, di sisi lain ada target yang harus diwujudkan.

"Jadi, sekarang ini bisa dibilang merupakan saatnya untuk mengenal anak kita. Cobalah untuk mendengarkan mereka, dengan begitu mereka bisa berpikir, 'saya bisa datang ke orang tua saya kapanpun saat ada masalah, karena orang tua saya mendengarkan'. Karena ada kalanya anak kita juga tidak butuh solusi, tapi ingin didengarkan," ujar Intan.

Pemerhati dunia pendidikan sekaligus Head of Academic Kelas Pintar Maryam Mursadi, mengatakan ada demotivasi pada anak yang kerap terjadi khususnya menjelang ujian. Namun ini bukan berarti tak bisa diatasi, apalagi dihindari.

Kelas Pintar sendiri mengklaim punya solusi yang dapat mengatasi permasalahan yang muncul karena PJJ. Misalnya, ketika mengajarkan materi secara virtual ada kendala, seperti koneksi terputus atau siswa yang memahami pelajaran tidak semuanya.

Menurut Maryam, siswa perlu memperpanjang waktu belajarnya dalam kondisi PJJ. Saat ada pelajaran yang dirasa belum paham, maka siswa bisa memanfaatkan fitur Guru milik Kelas Pintar untuk mendapatkan penjelasan secara menyeluruh. Ada juga fitur Tanya, siswa bisa menanyakan soal pelajaran yang ingin ditanyakan.

Sejauh ini, Maryam mengungkapkan, banyak pengguna Kelas Pintar menggunakan fitur Tanya sesaat sesi dibuka, baik sesi pagi pukul 09.00-12.00 WIB maupun sesi malam dari pukul 18.00-21.00 WIB.

"Kami pun di Kelas Pintar selalu mencoba untuk mengetahui dan keinginan bahwa siswa membutuhkan materi pembelajaran yang jelas dan lengkap, bervariasi, serta relevan dengan kondisi mereka," tuturnya seperti dalam siaran persnya, Rabu (10/3/2021).

Terlepas muncul permasalahan saat PJJ dilaksanakan, di sisi ada momen di mana siswa dapat melatih kemandiriannya dalam memahami suatu pelajaran, seperti yang tersedia di Kelas Pintar.




(agt/fay)