PM Australia Marah Besar Pada Facebook
Hide Ads

PM Australia Marah Besar Pada Facebook

Fino Yurio Kristo - detikInet
Jumat, 19 Feb 2021 06:18 WIB
FILE - In this Nov. 17, 2020, file photo, Australian Prime Minister Scott Morrison reviews an honor guard during a ceremony ahead of a meeting at Japanese Prime Minister Yoshihide Sugas official residence in Tokyo. Morrison said Monday, Nov. 30, 2020, a tweet by a Chinese official which shows a fake image of an Australian soldier appearing to slit a childs throat is β€œtruly repugnant.
PM Australia Scott Morrison. Foto: Kiyoshi Ota/Pool Photo via AP, File
Sydney -

Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, tak dapat menahan rasa marahnya pada Facebook. Jejaring sosial terbesar dunia ini memblokir konten berita di Australia sebagai bentuk protes aturan baru di mana Facebook harus membayar pada media jika ingin menampilkannya.

"Mereka mungkin saja mengubah dunia tetapi tidak berarti mereka yang harus menjalankannya," sebut sang Perdana Menteri seperti dikutip detikINET dari Brisbane Times.

Aturan itu kemungkinan besar akan disetujui oleh parlemen Australia. "Kami tidak akan terintimidasi oleh aksi bullying oleh perusahaan besar teknologi ini, menekan parlemen saat voting aturan News Media Bargaining Code," paparnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Google sempat mengancam akan meninggalkan Australia namun belakangan mencapai kesepakatan. Sedangkan Facebook sejauh ini masih tak terima sehingga melancarkan aksi protes tersebut. Banyak pihak pun mengkritik aksi Facebook karena berbagai informasi penting ikut dihilangkan, termasuk soal kesehatan atau berita darurat.

"Aksi Facebook untuk unfriend Australia hari ini, memangkas informasi penting dalam hal kesehatan dan layanan darurat, adalah arogan dan juga mengecewakan," tambah Morrison.

ADVERTISEMENT

"Aksi itu hanya mengkonfirmasi kekhawatiran semakin banyak negara tentang tingkah perusahaan teknologi besar yang berpikir mereka lebih besar dari pemerintah dan aturan tak seharusnya diterapkan pada mereka," kecamnya lagi.

Regulasi baru Australia itu akan memaksa raksasa internet untuk membayar perusahaan media Australia secara adil setelah menampilkan tautan atau cuplikan berita di hasil pencarian.

Saat ini tidak ada rencana aturan yang mengharuskan mesin pencari yang lebih kecil seperti Bing atau DuckDuckGo untuk ikut membayar, tapi pemerintah Australia belum menanggalkan opsi itu sepenuhnya.




(fyk/afr)