"Sebagai uang elektronik yang paling banyak dipakai di Indonesia dan pendorong Gerakan Nasional non-tunai, GoPay sangat menghargai semangat pihak sekolah untuk menerapkan metode non-tunai," kata Head of Corporate Affairs GoPay Winny Triswandhani, merespons informasi ini.
Bentuk apresiasi juga ditunjukkan GoPay dengan menawarkan bantuan kepada madrasah Miftahul Akhlaqiyah agar bisa menggunakan standar kode QR yang bisa dipakai semua penyedia layanan pembayaran digital.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika dilihat dalam keterangan di situs MI Miftahul Akhlaqiyah, opsi pembayaran lewat e-payment ini memang belum menggunakan QR code seperti yang diterapkan pada merchant-merchant yang bekerja sama dengan layanan pembayaran digital.
![]() |
Ketersediaan opsi pembayaran ini murni merupakan inisiatif sekolah dengan memanfaatkan akun e-payment milik kepala sekolah Miftahul Akhlaqiyah, Miftahul Arief, yang diperuntukkan sebagai tujuan transfer.
"Gopay siap membantu Madrasah Ibtidaiyah (MI) Miftahul Akhlaqiyah dan juga berbagai institusi lainnya untuk menerima pembayaran non-tunai melalui QRIS (QR Indonesia Standard). Dengan QRIS, MI tersebut juga dapat menerima uang elektronik lain," kata Winny.
QRIS berfungsi agar satu kode bisa dipakai melalui layanan pembayaran yang berbeda. Misalnya, satu kode di satu merchant bisa di-scan untuk membayar menggunakan GoPay, Ovo dan e-payment lainnya.
Winny berharap, semakin banyak institusi pendidikan maupun layanan publik lainnya yang menerapkan semangat yang sama untuk mempercepat terwujudnya gerakan masyarakat Indonesia tanpa tunai.
"Sebelumnya di 2018 lalu, GoPay juga sudah bekerja sama dengan puluhan SMK di Jakarta, puskesmas, layanan transportasi publik dan institusi lain dalam memanfaatkan pembayaran non-tunai," tambahnya.
Gayung Bersambut
Pihak madrasah Miftahul Akhlaqiyah menganggap tawaran bantuan dari GoPay bak gayung bersambut. Sang kepala sekolah, Miftahul Arief mengatakan, dirinya sudah berupaya mengajukan agar punya QR code sendiri untuk pembayaran digital atas nama madrasah, namun terkendala sejumlah hal.
"Senang sekali jika GoPay mau bantu. Saya memang sudah ajukan ke masing-masing layanan pembayaran tapi sudah lama belum dapat feedback," kata Arief, dihubungi detikcom, Jumat (29/11/2019).
Dia bercerita, sudah mengupload syarat-syarat yang diminta untuk mendapatkan kode QR atas nama sekolah seperti NPWP, jenis usaha, foto-foto kegiatan, dan lain-lain, namun belum ada jawaban.
"Mungkin karena bidang pendidikan masih agak jarang. Kami bukan resto atau usaha apa gitu yang mungkin lebih mudah. Jadi saya inisiatif saja pakai jalan yang ada dulu. Kalau kelamaan nunggu nanti gak maju-maju," terang Arief.
![]() |
Yang jelas, dikatakan Arief, tujuan sebenarnya menyediakan opsi pembayaran digital adalah untuk memberikan alternatif pembayaran sekolah dan memberikan kemudahan para orang tua murid.
"Kami menyesuaikan era, karena mindset orang tua sekarang adalah serba-cepat dan instan. Ojek saja bisa bayar online, kenapa pendidikan tidak?," ungkapnya.
Dia juga menyebutkan, ide ini terinspirasi meme Nadiem Makarim yang kini menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).
![]() |
Jika kalian masih ingat, ketika pendiri Gojek Nadiem Makarim diumumkan sebagai Mendikbud, netizen berkelakar bahwa bayar uang sekolah nantinya bisa pakai Gopay. Arief mengakui kalau ide itu datang dari sana.
"Meme dan cuitan secara langsung dan tidak, tetap menginspirasi. Yang beredar itu kan kalau menterinya Nadiem bayar pakai GoPay. Ya itu kita praktekkan," kata Arief.
Halaman 3 dari 2