YouTuber profesional pasti dituntut untuk terus mengeluarkan konten tiap hari untuk menjaga agar subscriber mereka tidak lari. Mereka juga harus aktif di media sosial lain, berinteraksi dengan fans, serta banyak kegiatan lain di luar pembuatan konten mereka.
Menurut peneliti komunitas online dari University of California, Katherine Lo hal ini dapat memicu stres hingga gangguan pasca stres traumatis (PTSD) di kalangan YouTuber.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pekerjaan seperti ini kadang tidak terlihat tapi sangat melelahkan dan menjadi penyebab utama stres kerja," kata Lo, dikutip detikINET dari The Guardian, Rabu (24/10/2018).
"Dalam banyak kasus, ini dapat berkontribusi pada PTSD, terutama ketika kreator menjadi subjek pelecehan, terancam keamanan dan privasinya, atau komunitas di sekelilingnya yang tidak baik," sambungnya.
Chris O'Sullivan dari yayasan Mental Health Foundation juga mengatakan meroketnya popularitas seseorang karena video viral juga berdampak pada kesehatan mental mereka.
"Saat ini, kalian bisa menjadi superstar secara online dengan satu video viral - di usia berapa pun dan dari lokasi mana pun. Tanpa dukungan dan bimbingan, potensi untuk kelelahan karena eksposur tersebut semakin luar biasa," jelas O'Sullivan.
Lo pun mengembangkan sebuah daftar yang berisi gangguan kesehatan mental yang berpotensi dialami YouTuber:
- Kelelahan karena harus bersikap akrab dengan audiens,
- Stres karena membaca komentar,
- Kecemasan finansial terkait pengelolaan sponsor dan donasi, dan
- Tekanan untuk mengelola reputasi dan hubungan profesional di komunitas YouTuber. (fyk/fyk)