IDC: Belanja Teknologi Indonesia Tembus Rp 443 Triliun
Hide Ads

IDC: Belanja Teknologi Indonesia Tembus Rp 443 Triliun

Agus Tri Haryanto - detikInet
Kamis, 08 Feb 2018 20:30 WIB
Foto: thinkstock
Jakarta - International Data Corporation (IDC) Indonesia memperkirakan belanja teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia mencapai Rp 443 triliun pada tahun 2018.

Lebih lanjut, IDC mengungkapkan teknologi adalah kunci pada tahun ini dan seterusnya dalam membuat keputusan strategis dan tetap terdepan dalam ekosistem digital yang selalu berubah.

Head of Consulting IDC Indonesia Mevira Munindra mengatakan belanja modal pada tahun ini meningkat bila dibandingkan dengan tahun lalu. Kebutuhan hardware masih menjadi kebutuhan bagi korporasi dalam memperkuat bagian digitalnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Peningkatan kalau kita lihat itu sekitar 5% untuk belanja TIK. Belanja TIK di Indonesia memang lebih banyak di hardware, itu masih dominasi sekitar sampai 70%, tapi ke depannya sudah mengarah ke arah services base technology, misalnya cloud, platform, aplikasi. Jadi, Indonesia sudah mengarah ke sana untuk belanja teknologinya," tutur Mevira di Westin Hotel, Jakarta, Kamis (8/2/2018).

Adanya alokasi belanja untuk TIK ini merupakan langkah perusahaan untuk transformasi digital. Terlebih di samping itu, Indonesia juga berpotensi menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara yang valuasi pasarnya mencapai USD 130 miliar pada tahun 2020 nanti.

IDC mendorong perusahaan untuk meningkatkan dan mempercepat inovasi dengan transformasi digital guna mencapai skala makro ekonomi di Indonesia.

Meskipun ada inisiatif yang dijalankan Pemerintah Indonesia, seperti gerakan nasional 1.000 startup digital, peta jalan e-commerce, kurangnya infrastruktur dan keterbatasan talenta tetap menjadi tantangan untuk mempercepat transformasi digital di antara perusahaan lokal.

"Hanya ada 8% perusahaan lokal yang melakukan perjalanan transformasi digital dan mendapatkan keuntungan penuh dari transforamsi digital. Enterprise di indonesia masih dalam tahap mengeksplorasi potensi teknologi dan model bisnis," kata Mevira.

"Pemimpin bisnis harus mengerti bahwa untuk memimpin di perusahaan transformasi digital. Enterprise harus memanfaatkan teknologi yang sedang berkembang dan dengan cepat mengintegrasikannya ke dalam strategi organisasi mereka saat mereka berevolusi," pungkasnya. (jsn/rou)