Keren! Nenek 82 Tahun Masih Semangat Belajar Coding
Hide Ads

WWDC 2017

Keren! Nenek 82 Tahun Masih Semangat Belajar Coding

Rachmatunnisa - detikInet
Selasa, 06 Jun 2017 07:52 WIB
Masako Wakamiya. Foto: istimewa
Jakarta - Pensiunan banker Masako Wakamiya bosan dengan kurangnya game mobile untuk lansia sepertinya. Menurutnya, nenek-nenek juga perlu game sebagai hiburan. Maka, wanita 82 tahun ini pun mulai belajar coding.

"Saya tidak menemukan aplikasi untuk lansia. Jadi saya putuskan untuk membuat sendiri, kata Wakamiya seperti dikutip dari Fortune, Selasa (6/6/2017).

Saksikan video 20detik tentang Masako Wakamiya di sini:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Pertama kali menggunakan komputer di usia 60 tahun, Wakamiya kemudian menciptakan sebuah game pada Maret lalu, bertema festival boneka Jepang, Hinamatsuri. Dirancang untuk pemain seusianya, ritme game ini dibuat santai dan narator dalam game berbicara perlahan.

Wakamiya saat ini sedang mengikuti rangkaian perhelatan World Wide Developer Conference (WWDC) yang berlangsung di San Jose, California, Amerika Serikat. Menariknya, Wakamiya adalah developer paling tua di WWDC tahun ini, kebalikannya dari Yuma Soerianto, bocah 10 tahun yang menjadi developer termuda asal Australia.

Baik Wakamiya maupun Yuma Soerianto, menghadiri WWDC tahun ini sebagai bagian dari program beasiswa Apple yang memberikan ratusan tiket gratis kepada developer dari berbagai negara yang membuat aplikasi untuk perangkat Apple.

Apple sendiri berupaya meningkatkan keberagaman partisipan WWDC yang seperti konferensi teknologi pada umumnya, lebih banyak dihadiri oleh kalangan pria kulit putih dan Asia. WWD tahun ini pun diklaim Apple yang paling internasional dan memiliki banyak partisipan dari kalangan siswa sekolah dasar, menengah hingga jenjang perguruan tinggi.

Namun Apple tidak menyebutkan berapa penambahan jumlah partisipan internasional dan siswa sekolah dibandingkan WWDC tahun lalu. Yang jelas menurut Apple, pihaknya membuat kemajuan berarti dalam meningkatkan keberagaman partisipan.

"Saya merasa Apple mulai membuat perubahan," kata Senior Director of Developer Marketing Apple Esther Hare.

Program beasiswa ini juga merupakan bagian dari upaya Apple menggaet lebih banyak anak muda menggunakan produk dan layanannya. Pada 2016, Apple merilis aplikasi iOS bernama Swift Playgrounds.

Aplikasi ini mengajarkan anak-anak bagaimana menciptakan aplikasi menggunakan bahasa pemrograman Apple, Swift. Dan beberapa pekan lalu, Apple juga mengumumkan telah mengadakan kursus belajar bahasa pemrograman Swift di enam komunitas mahasiswa di Amerika Serikat.

Bagi Apple, keuntungan menarik minat engineer muda mengembangkan aplikasi iOS sama dengan meyakinkan mereka menggunakan iPhone dan MacBook terbaru. Apple ingin menggaet developer setia yang akan menciptakan aplikasi menarik untuk iOS dan memperluas ekosistem aplikasi mobile miliknya.

Ini pula yang terjadi pada Yuma Soerianto. Pada Agustus 2016, dia membuat channel YouTube bernama 'Anyone Can Code', tempat dia memposting tutorial membuat aplikasi iOS menggunakan Swift.

"Dulu orang akan berpikir sangatlah keren jika memiliki hal terbaru dan hebat. Sekarang yang keren adalah jika kita bisa membuat sesuatu yang hebat," kata Hare.

Namun bukan kalangan developer muda saja yang dicari Apple. "Kami membutuhkan developer dari berbagai latar belakang," Hare menambahkan.

Itu sebabnya, Apple sangat terkesan dengan orang-orang seperti Wakamiya yang semangat belajar coding dan membuat aplikasi di usia senja.

Meski dia baru memulai debut aplikasi perdananya beberapa bulan lalu, Wakamiya mengatakan bahwa dirinya sudah punya ide lain untuk aplikasi selanjutnya. Dan dia berharap bisa belajar coding lebih banyak dari perhelatan WWDC.

"Teknologi sekarang jadi hobi baru saya," tutupnya.

(rns/yud)