Di masa depan, hubungan intim antara manusia dengan robot diprediksi akan jadi sesuatu yang normal. Begitulah pendapat beberapa pakar. Tapi hubungan semacam itu menimbulkan pro dan kontra. Pantaskah manusia berhubungan dengan mesin?
"Teknologi seks berkembang pesat dan dalam 50 tahun ke depan, relasi fisik abad ke 21 mungkin akan dinilai primitif. Teknologi robotika dan sensor gerak sepertinya akan makin penting di industri seks beberapa tahun ke depan. Hal ini awal boneka jadi sesuatu yang hidup," tulis Dr Helen Driscoll, dosen psikologi di University of Sunderland, Inggris.
Saat ini, robot seks dalam bentuk masih sederhana sudah dibuat, antara lain oleh perusahaan True Companion. Mereka menjual robot seks wanita bernama Roxxxy dan robot seks pria bernama Rocky. Robot itu bisa dikustomisasi sesuai keinginan pembeli.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya saya pikir robot seks tak berbahaya dan mungkin akan menurunkan permintaan untuk wanita asli atau anak-anak. Tapi semakin saya menelitinya, saya menemukan bahwa robot seks ini akan berkontribusi dan memicu posisi manusia sebagai obyek seks," papar Richardson.
Namun tak sedikit yang menilai robot seks takkan menimbulkan akibat macam-macam. "Jutaan orang memakai mainan seks yang tujuannya sama dengan robot seks tanpa merusak kepribadian. Meski mainan itu kadang lebih memuaskan dari partner manusia, bukan berarti manusia jatuh cinta pada benda itu," demikian argumen kolomnis teknologi Cnet, Bonnie Burton.
Sudah cukup banyak perusahaan mengembangkan robot seks. Selain True Companion, ada perusahaan asal Jepang bernama A Lab yang juga membuat robot semacam itu.
"Kami sudah mengembangkan robot sekitar 20 tahunan. Jadi dalam 10 tahun lagi kami akan memadukan kecerdasan buatan dengan robot secara sempurna," kata Takesji Mita, CEO A Lab.
"Kami fokus untuk menyempurnakan kulit, ekspresi wajah dan sebagainya, jadi sekarang memang Asuna pada dasarnya hanya kepala. Sekarang kami sedang mengembangkannya agar punya bahasa tubuh yang natural," tambah dia. (fyk/ash)