Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Bisnis Daring Menjadi Luring
Meraup Puluhan Juta Berbekal Twitter & Instagram
Bisnis Daring Menjadi Luring

Meraup Puluhan Juta Berbekal Twitter & Instagram


Penulis: Muhammad Sufyan - detikInet

Ghani Fatahillah.
Bandung -

Siapa bilang media sosial (medsos) hanya buang-buang waktu, tidak bisa menghasilkan bisnis riil yang masif? Hal tersebut setidaknya tidak berlaku bagi Ghani Fatahillah, pemilik akun kuliner dengan follower bejibun, @kuliner_bandung.

Berkat akun di Twitter dan di Instagram @kulinerbandung, lajang 26 tahun ini rerata berpenghasilan Rp 50 juta sebulan. Rinciannya, dari iklan daring (dalam jaringan) sekitar Rp 20 juta sementara dari bisnis luring (luar jaringan) sekitar Rp 30 juta per bulan.

Terhitung 13 Mei 2015, jumlah pengikut akun tersebut di Twitter mencapai 370.000! Sementara di Instagram, meski relatif belum lama dioperasikan, follower-nya sudah mencapai 132.000. Semuanya bermula dari pengelolaan Ghani sendiri, meski kini sudah ada admin lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pria asal Ujung Berung, Kota Bandung, ini berhasil membuktikan, ketalenan mengelola media sosial bukan hanya membuatnya jadi incaran pengiklan. Namun lebih dari itu, sejak 13 Februari 2013, dirinya juga bisa mendirikan bisnis kuliner yakni olahan aneka ceker pedas (@cekersetan).

β€œSemuanya bermula dari iseng, pas nunggu kuliah di tahun 2010. Awalnya pakai akun pribadi menceritakan tempat-tempat kuliner di Bandung, ternyata banyak yang follow, akhirnya saya ubah akun tersebut jadi @kuliner_bandung sejak 30 Juni 2010,” katanya di Bandung.

Semula, pengikutnya kebanyakan orang Bandung, terutama yang ingin memperoleh info makanan-minuman berbasis crowdsourcing. Misal tempat beli bakso yang enak di daerah Soekarno-Hatta, beli surabi malam-malam di mana, jajaran lotek terbaik di Bandung apa saja, dan seterusnya.

Semula menggunakan gawai BlackBerry, seluruh pertanyaan dibalasnya dan atau di-retweet-kan kepada para pengikut hingga muncul aneka jawaban partisipatif. Interaksi ini yang disukai, sehingga dalam satu tahun saja setelah didirikan, pengikutnya sudah puluhan ribu.

Dan tak disangka oleh lulusan manajemen informatika LPKIA, Bandung ini, pengiklan mulai bertanya dan meminta dipasangkan promo. Pada 24 Juni 2011, sebuah restoran iga bakar yang baru buka di bilangan Wastukencana beriklan senilai Rp 100.000 durasi satu bulan.

Ghani menambahkan, lama-lama satu gawai saja tidak cukup. Mulai 2012, dia melengkapinya dengan sebuah iPhone, yang keduanya dioperasikan sendiri nyaris tanpa jeda karena follower dilayaninya dari pagi buta hingga jam 12 malam setiap harinya.

β€œAlhamdulillah, sampai sekarang, nyaris 100 tempat pernah berpromosi, mulai dari tempat makan kelas kaki lima, kedai makan, kafe, restoran, hingga hotel mewah,” ujarnya, seraya menyebut tarifnya kini sudah hitungan satuan tweet dalam periode hari/minggu.

Masa kejayaan medsos si burung biru itu dirasakannya pada 2012 hingga pertengahan 2014. Pasalnya, banyak tempat kuliner (yang sebenarnya sudah punya akun Twitter sendiri) merasa omset dan pengunjung bertambah banyak setelah beriklan di @kuliner_bandung.

Pada tahun-tahun itu, pendapatan bulannya berkisar Rp 8 juta-Rp 10 juta dari sekitar 10 pengiklan. Angka ini kemudian bisa naik dua kali lipat ketika memasuki bulan puasa, karena kecenderungan berpromosi pelaku bisnis perut ini juga meningkat pesat.

Bonus undangan menjajal kuliner hingga diberi aneka voucher restoran jadi sering diterima pria pendiam ini. Namun situasi ini malah membuatnya tergiur. Memasarkan yang lain demikian laris, mengapa tidak menjual kuliner sendiri.

β€œKarena kabita (tergiur-red.), saya diskusi sama keluarga. Kebetulan bibi saya jago masak, muncullah ide jualan ceker setan. Nama setannya karena saking pedasnya, kebetulan waktu itu di Bandung lagi musim keripik-keripik pedas yang merembet ke mana-mana,” sambungnya.



Bisnis Luring yang Kreatif

Maka, sejak 13 Febuari 2013, dia mendirikan @cekersetan dengan layanan seluruhnya jasa pesan antar (delivery service). Dibantu bibi dan saudaranya yang menjadi kurir, ternyata respons langsung baik dengan pengiriman puluhan paket di minggu awal.

Omset makin membesar karena Ghani bisa leluasa memasarkan di @kuliner_bandung yang memang jadi rujukan utama pecinta kuliner Bandung, dan kala itu makin mulai meluas karena banyak warga Jabodetabek pun aktif bertanya saat plesir ke Kota Kembang.

β€œCeker ayam tak hanya dapat disajikan sebagai pelengkap hidangan mie atau bakso. Ceker pun bisa menjadi kudapan atau cemilan dengan rasa tak kalah enaknya, apalagi jika dipadu kreativitas, ternyata ceker ayam menimbulkan ketagihan,” kata Ghani.

Ditanya alasan namanya @cekersetan, ternyata anak sulung ini mengaku banyak belajar dari berbagai akun kuliner sukses yang beriklan di akunnya. Yakni memposisikan jenis makanan berbeda dengan sebutan ear catching. Namun beda dan kreatif tidak cukup, rasa tetap harus diperhatikan benar.

Menawarkan varian cabai gendot pedas dan cabai rawit, Ghani makin kebanjiran animo. Setelah dihitung-hitung biaya ekspedisi yang tak sedikit, maka bisnis luring konvensional pun dijalaninya dengan membuka kedai kecil di kawasan Tubagus Ismail, Bandung, pada akhir tahun 2013.

Pilihan ini ternyata tepat, karena pembeli pastinya jadi lebih mudah datang. Apalagi, secara bersamaan, kedua akunnya juga intens memperomosikan yang sudah pasti gratis. Ditunjang rasa dan pelayanan restoran yang terus dijaga, kapasitas kedainya pun kian hari kian sempit.

β€œAkhirnya mulai November 2014, saya memberanikan diri menyewa tempat lebih besar di pusat kota yakni Jl Dipatiukur No. 96. Bisnis offline beda dengan bisnis online, kita harus berani mengambil pasar, terlebih di Dipatiukur banyak kampus dan kosan,” tambahnya.

Kini, tranformasi bisnis online ke bisnis offline miliknya, mulai memperlihatkan hasil dengan rata-rata pengunjung harian kedai 180 orang dengan omset antara Rp 2,5 juta - Rp3 juta di hari biasa dan melonjak Rp 4,5 juta - Rp6 juta pada akhir pekan.

Di sisi lain, kata Ghani, bisnis online kedua media sosialnya pun tetap terjaga dengan memberdayakan admin. Instagram @kulinerbandung (tarif setengah juta untuk tiga hari pasang foto kuliner) kini beromset belasan juta melewati omset Twitter miliknya sekitar Rp 8 juta-an. Menarik bukan?!

*) Muhammad Sufyan merupakan pemerhati bisnis digital serta Dosen Fakultas Komunikasi Bisnis Telkom University.

(ash/ash)







Hide Ads