Adapun, jika menganalogikan Technopreneurship dengan seorang prajurit di medan perang, yang seyogyanya membawa senjata yang tepat untuk misinya, maka Technopreneurship juga memerlukan 'senjata' yang tepat untuk itu. Apakah senjata itu? Tidak lain dan tidak bukan adalah Pemahaman Budaya lokal. Apakah pengaruhnya pada Technopreneurship? Marilah kita simak bersama!
Gebrakan koprol.com dan Nusantara online
Seperti yang telah dimuat sebelumnya, koprol.com adalah sebuah start-up lokal, yang akhirnya diakuisisi oleh Yahoo!. Hal ini adalah sebuah prestasi besar, mengingat menjadi Technopreneur tidaklah mudah. Keberhasilan koprol disebabkan oleh kecerdikan mereka dalam mensurvei pasar, dan mempelajari perilaku para pekerja mobile di kota besar. Namun, sebelumnya juga telah dibahas, Nusantara Online juga sudah mempersiapkan gebrakan on-line game berbasis MMORPG mereka.
Pengujian beta dari Nusantara Online telah memberikan performa\ yang memuaskan, dan sekarang sedang dalam proses menuju rilis utama. Nusantara Online adalah hasil kerja riset yang komprehensif mengenai budaya kita, terutama mengenai kehidupan di jaman kerajaan Majapahit.
Kedua contoh diatas adalah aplikasi pemahaman budaya lokal pada Technopreneurship. Kekhasan terobosan mereka adalah karena menolak untuk mengikuti begitu saja perkembangan teknologi di barat. Mereka memilih melakukan adaptasi kreatif, sehingga menghasilkan suatu 'budaya teknologi' yang sama sekali baru.
Hal yang sama pernah dilakukan juga oleh Jepang, yang awalnya meniru rancangan otomotif barat, namun akhirnya menghasilkan desain kreatif yang sama sekali baru. Adapun, apa sih resep sukses mereka berdua? Tak lain dari pemahaman yang komprehensif akan budaya kita.
Pemahaman Budaya Lokal adalah resep Technopreneurship
Kesuksesan dalam Technopreneurship sangatlah tergantung pada pemahaman bahwa budaya kita tidaklah sama dengan barat. Sebagai contoh, aplikasi web yang digunakan di barat belum tentu cocok digunakan di negeri kita, karena ada perbedaan kultur.
Orang Indonesia memiliki lingkaran pergaulan yang sangat luas, hal ini terbukti dengan banyaknya teman kita di jaringan sosial. Tidaklah mengherankan, jika negara kita adalah pengguna Twitter nomor dua setelah Amerika Serikat sendiri, dan seringnya twit bangsa kita menjadi TT (trending topics) disana.
Hal ini juga disebabkan oleh sangat ekspresifnya kita dalam mengungkapkan pendapat kita kepada teman atau keluarga. Bangsa kita memiliki hubungan kekeluargaan yang jauh lebih erat dibandingkan dengan barat. Hal ini bisa kita lihat di jaringan sosial, facebook misalnya. Di facebook, tanpa sungkan-sungkan seorang user akan menginput status hubungannya, misalnya sebagai istri atau suami.
Tidak hanya itu, dalam profil user , kita pun dapat mengetahui siapa adik, kakak, dan orang tuanya. Manifestasi hubungan keluarga di jaringan sosial inilah yang relatif jarang kita temui di barat. Sifat kekerabatan/silaturahmi yang kuat ini, jelas bisa menjadi modal dalam Technopreneurship, dan 'modal budaya' tersebut telah dicoba diterapkan oleh beberapa pihak sebagai rintisan, seperti contoh di bawah ini:
- Portal berbahasa daerah. Contohnya, Ojonesu (Indonesia: Jangan marah ) adalah website berbahasa Jawa, yang menyajikan berbagai informasi mengenai budaya Jawa. Website ini sangat khas, karena berisi guyonan dan humor khas Jawa. Juga sering ada update mengenai parikan/puisi Jawa yang menghibur. Hal ini tentu sangatlah bagus untuk memperkuat silaturahmi pada komunitas tersebut. Kami tentu mengharapkan, supaya hadir juga website berbahasa daerah lain, dalam rangka memperkaya khazanah budaya kita di dunia maya.
- Dokumentasi keanekaragaman budaya bangsa. Bandung Fe Institute adalah sebuah lembaga riset swasta yang bergerak dalam bidang kompleksitas sosial. Mereka telah mempublikasikan beberapa karya tulis dalam rangka mendokumentasikan keanekaragaman budaya kita. Tulisan yang telah mereka publikasikan adalah mengenai 'Fisika Batik' dan 'Kompleksitas Indonesia'. Pada websitenya, tersedia berbagai tutorial menarik yang menyajikan metoda ilmiah mereka dalam memahami kompleksitas budaya kita. Mereka menggunakan metoda yang umum digunakan di IT, seperti neural network, dalam riset-risetnya.
- Kuis Parampa. Di websitenya, designer dengan id twitter @masova ini mendesain sebuah kuis interaktif yang membuat para netters ketagihan. Kuis tersebut sangat cocok dengan karakteristik bangsa kita, yang sangat kreatif dan memiliki rasa ingin tahu yang besar. Kuis tersebut telah diupdate dengan fitur baru, yaitu para netters dapat mensubmit kuis desainnya sendiri kepada Kuis Parampa. Keberhasilan Parampa memperoleh penghargaan SparX telah membuatnya semakin populer, dan memiliki komunitas yang cukup besar.
Tentu saja, diharapkan ada lagi kontribusi-kontribusi kreatif seperti yang dilakukan mereka. Menjadi Technopreneur adalah pilihan bijak, sebab membuka lapangan kerja, sehingga membantu solusi masalah pengangguran.
Sebagai penutup, marilah... Menjadi Technopreneur adalah sebuah pilihan karir yang bagus, hal ini dibuktikan dengan keberhasilan start up koprol dan upaya rintisan Nusantara Online. Technopreneurship? Siapa takut!
Penulis adalah vice editor-in-chief netsains.com, peneliti di Departemen Kimia UI, dan Kandidat Doktor Bioinformatika di Universitas Leipzig, Jerman.
(wsh/wsh)