Technopreneurship dan Pemahaman Budaya Lokal

Technopreneurship dan Pemahaman Budaya Lokal

ADVERTISEMENT

Kolom Telematika

Technopreneurship dan Pemahaman Budaya Lokal

- detikInet
Selasa, 14 Des 2010 14:05 WIB
Jakarta - Menurut Onno W Purbo, seperti yang telah dimuat sebelumnya, Technopreneur, khususnya teknologi informasi (TI) membutuhkan adanya kebebasan dalam berinovasi, tanpa harus terkekang regulasi yang malah menghambat. Kami sangat mengamini pendapat ini, sebab hanya kebebasan berinovasi saja yang dapat menjamin kreativitas dalam berkarya. Hal ini sangatlah penting dalam Technopreneurship.

Adapun, jika menganalogikan Technopreneurship dengan seorang prajurit di medan perang, yang seyogyanya membawa senjata yang tepat untuk misinya, maka Technopreneurship juga memerlukan 'senjata' yang tepat untuk itu. Apakah senjata itu? Tidak lain dan tidak bukan adalah Pemahaman Budaya lokal. Apakah pengaruhnya pada Technopreneurship? Marilah kita simak bersama!

Gebrakan koprol.com dan Nusantara online

Seperti yang telah dimuat sebelumnya, koprol.com adalah sebuah start-up lokal, yang akhirnya diakuisisi oleh Yahoo!. Hal ini adalah sebuah prestasi besar, mengingat menjadi Technopreneur tidaklah mudah. Keberhasilan koprol disebabkan oleh kecerdikan mereka dalam mensurvei pasar, dan mempelajari perilaku para pekerja mobile di kota besar. Namun, sebelumnya juga telah dibahas, Nusantara Online juga sudah mempersiapkan gebrakan on-line game berbasis MMORPG mereka.

Pengujian beta dari Nusantara Online telah memberikan performa\ yang memuaskan, dan sekarang sedang dalam proses menuju rilis utama. Nusantara Online adalah hasil kerja riset yang komprehensif mengenai budaya kita, terutama mengenai kehidupan di jaman kerajaan Majapahit.
 
Kedua contoh diatas adalah aplikasi pemahaman budaya lokal pada Technopreneurship. Kekhasan terobosan mereka adalah karena menolak untuk mengikuti begitu saja perkembangan teknologi di barat. Mereka memilih melakukan adaptasi kreatif, sehingga menghasilkan suatu 'budaya teknologi' yang sama sekali baru.

Hal yang sama pernah dilakukan juga oleh Jepang, yang awalnya meniru rancangan otomotif barat, namun akhirnya menghasilkan desain kreatif yang sama sekali baru. Adapun, apa sih resep sukses mereka berdua? Tak lain dari pemahaman yang komprehensif akan budaya kita.

Pemahaman Budaya Lokal adalah resep Technopreneurship

Kesuksesan dalam Technopreneurship sangatlah tergantung pada pemahaman bahwa budaya kita tidaklah sama dengan barat. Sebagai contoh, aplikasi web yang digunakan di barat belum tentu cocok digunakan di negeri kita, karena ada perbedaan kultur.

Orang Indonesia memiliki lingkaran pergaulan yang sangat luas, hal ini terbukti dengan banyaknya teman kita di jaringan sosial. Tidaklah mengherankan, jika negara kita adalah pengguna Twitter nomor dua setelah Amerika Serikat sendiri, dan seringnya twit bangsa kita menjadi TT (trending topics) disana.

Hal ini juga disebabkan oleh sangat ekspresifnya kita dalam mengungkapkan pendapat kita kepada teman atau keluarga. Bangsa kita memiliki hubungan kekeluargaan yang jauh lebih erat dibandingkan dengan barat. Hal ini bisa kita lihat di jaringan sosial, facebook misalnya. Di facebook, tanpa sungkan-sungkan seorang user akan menginput status hubungannya, misalnya sebagai istri atau suami.

Tidak hanya itu, dalam profil
user , kita pun dapat mengetahui siapa adik, kakak, dan orang tuanya. Manifestasi hubungan keluarga di jaringan sosial inilah yang relatif jarang kita temui di barat. Sifat kekerabatan/silaturahmi yang kuat ini, jelas bisa menjadi modal dalam Technopreneurship, dan 'modal budaya' tersebut telah dicoba diterapkan oleh beberapa pihak sebagai rintisan, seperti contoh di bawah ini:
  • Portal berbahasa     daerah. Contohnya, Ojonesu (Indonesia: Jangan marah ) adalah website berbahasa Jawa, yang     menyajikan berbagai informasi mengenai budaya Jawa. Website ini     sangat khas, karena berisi guyonan dan humor khas Jawa. Juga sering     ada update mengenai parikan/puisi Jawa yang menghibur. Hal ini tentu     sangatlah bagus untuk memperkuat silaturahmi pada komunitas     tersebut. Kami tentu mengharapkan, supaya hadir juga website     berbahasa daerah lain, dalam rangka memperkaya khazanah budaya kita     di dunia maya.
  • Dokumentasi     keanekaragaman budaya bangsa. Bandung     Fe Institute adalah sebuah lembaga riset swasta yang bergerak     dalam bidang kompleksitas sosial. Mereka telah mempublikasikan     beberapa karya tulis dalam rangka mendokumentasikan keanekaragaman     budaya kita. Tulisan yang telah mereka publikasikan adalah mengenai     'Fisika Batik' dan 'Kompleksitas Indonesia'. Pada websitenya,     tersedia berbagai tutorial menarik yang menyajikan metoda ilmiah     mereka dalam memahami kompleksitas budaya kita. Mereka menggunakan     metoda yang umum digunakan di IT, seperti neural network, dalam     riset-risetnya.
  • Kuis Parampa. Di     websitenya, designer dengan id     twitter @masova ini mendesain sebuah kuis interaktif yang membuat     para netters ketagihan. Kuis tersebut sangat cocok dengan     karakteristik bangsa kita, yang sangat kreatif dan memiliki rasa     ingin tahu yang besar. Kuis tersebut telah diupdate dengan fitur     baru, yaitu para netters dapat mensubmit kuis desainnya sendiri     kepada Kuis Parampa. Keberhasilan Parampa memperoleh penghargaan     SparX telah membuatnya semakin populer, dan memiliki komunitas yang     cukup besar.
Jika dibandingkan Koprol dan Nusantara Online, Ojonesu; Bandung Fe Institute; dan Kuis Parampa jelas masih merupakan rintisan awal. Namun mereka bertiga inipun juga memiliki potensi untuk sukses besar, jika dapat merangkul audiensnya secara kontinu dan menajamkan tenaga marketingnya. Sukses besar dari Koprol dan gebrakan Nusantara Online tidak lain dan tidak bukan karena mereka memiliki tenaga marketing yang bagus.

Tentu saja, diharapkan ada lagi kontribusi-kontribusi kreatif seperti yang dilakukan mereka. Menjadi Technopreneur adalah pilihan bijak, sebab membuka lapangan kerja, sehingga membantu solusi masalah pengangguran.

Sebagai penutup, marilah... Menjadi Technopreneur adalah sebuah pilihan karir yang bagus, hal ini dibuktikan dengan keberhasilan start up koprol dan upaya rintisan Nusantara Online. Technopreneurship? Siapa takut!

 

Penulis adalah vice editor-in-chief netsains.com, peneliti di Departemen Kimia UI, dan Kandidat Doktor Bioinformatika di Universitas Leipzig, Jerman.
(wsh/wsh)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT