Apple terancam menghadapi pukulan besar menjelang peluncuran iPhone 17 setelah pemerintahan Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif impor tambahan sebesar 25% untuk semua barang dari India. Kebijakan ini membuat total tarif menjadi 50%, level tertinggi yang dikenakan AS terhadap negara mana pun saat ini.
Perintah eksekutif tersebut akan mulai berlaku pada 27 Agustus, dengan alasan pengenaan tarif terkait impor minyak Rusia oleh India. Langkah ini menjadi tantangan berat bagi Apple, yang dalam beberapa tahun terakhir gencar memindahkan produksi iPhone dari China ke India.
Raksasa teknologi asal Cupertino itu bahkan menargetkan seluruh iPhone untuk pasar AS dirakit di India. Waktunya sangat tidak menguntungkan karena pengiriman seri iPhone 17 diperkirakan dimulai tepat sebelum acara peluncuran awal September.
Saat ini, sekitar 14% iPhone diproduksi di India, dan angka tersebut ditargetkan melonjak menjadi 25% pada akhir 2025. Strategi ini sejatinya menjadi kunci diversifikasi rantai pasok Apple.
Namun kenaikan biaya akibat tarif 50% dapat memaksa Apple untuk mengevaluasi kembali strategi harga atau menyerap sebagian biaya tambahan, yang berpotensi mengurangi keuntungan. Selain itu, ketidakpastian ini dapat mengganggu rantai pasok global Apple, yang telah dioptimalkan untuk efisiensi selama bertahun-tahun.
Harga iPhone 17 Terancam Naik
Analis memperkirakan harga jual iPhone 17 di Amerika bisa naik antara USD 80-200 (sekitar Rp 1,3-3,2 juta) per unit, tergantung model. Meski Apple memiliki ruang untuk menyerap sebagian biaya demi menjaga daya tarik produk, margin keuntungan akan tertekan.
Efek domino juga bisa terjadi di pasar global. Meskipun tarif ini berlaku untuk impor AS saja, penyesuaian harga kemungkinan akan terjadi di negara lain akibat biaya produksi yang membengkak dan distribusi yang terganggu. Hal ini bisa membuat iPhone 17 menjadi salah satu generasi iPhone termahal dalam sejarah.
Dalam perkembangan terkait, Trump juga mengumumkan potensi tarif 100% untuk semua impor semikonduktor asing. Namun, perusahaan yang berinvestasi dalam fasilitas manufaktur di Amerika Serikat akan dibebaskan dari tarif ini.
Pengecualian juga berlaku untuk produsen perangkat seperti ponsel pintar, tablet, dan laptop yang telah berkomitmen atau sedang memindahkan produksi ke AS. Langkah ini tampaknya mendorong perusahaan teknologi seperti Apple untuk mempercepat relokasi manufaktur ke AS, meskipun proses tersebut memerlukan waktu dan investasi besar.
Simak Video "Video: Trump Turunkan Tarif Impor RI Jadi 19%"
(afr/afr)