Seluk Beluk Ponsel Layar Lipat Pertama yang Mengejutkan
Hide Ads

Seluk Beluk Ponsel Layar Lipat Pertama yang Mengejutkan

Fino Yurio Kristo - detikInet
Jumat, 02 Nov 2018 08:35 WIB
Seluk Beluk Ponsel Layar Lipat Pertama yang Mengejutkan
Foto: Gizchina
Jakarta - Tak dinyana, sebuah vendor asal China yang kurang terdengar namanya, meluncurkan ponsel layar lipat pertama di dunia. Sontak jagat smartphone terkejut dengan aksi produsen bernama Royole Technologies ini.

Royole yang berbasis di Shenzen, China, meluncurkan ponsel layar lipat tersebut yang mereka beri nama FlexPai. Karena bisa dilipat dan direntangkan, ponsel ini dapat pula menjadi tablet.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemunculan FlexPai mengejutkan karena ponsel layar lipat diprediksi muncul perdana dari nama tenar seperti Samsung, Huawei, atau LG. Berikut ini fakta-fakta menarik mengenai FlexPai.

Bisa Disulap Jadi Tablet

Foto: Gizchina
FlexPai diluncurkan oleh Royole Technology dalam perhelatan cukup megah di kota Beijing. Karena bisa dilipat dan direntangkan, ponsel ini dapat pula menjadi tablet.

Ketika direntangkan, FlexPai punya layar seluas 7,8 inch resolusi 1.920 x 1.440 pixel. Saat dilipat, ia terdiri dari 3 layar lebih kecil, yaitu di bagian depan, belakang, dan di sisinya.

Dikutip detikINET dari PCMag, ponsel Android ini diklaim dapat dilipat sampai 200 ribu kali tanpa masalah. Namun saat dilipat, gadget ini tak sepenuhnya datar sehingga mungkin agak sulit dimasukkan ke saku.

Ponsel ini cukup mahal, dijual mulai USD 1.290 sampai USD 1.863, tergantung kapasitas memorinya. Royole menyatakan akan ada 3 babak penjualan perdana dalam bentuk flash sale FlexPai di China pada 1 November ini. Peminat juga bisa memesannya mulai 31 Oktober dan barang akan dikirim bulan Desember.

Peluncuran ponsel layar lipat oleh Royole ini tentu mengejutkan beberapa pihak. Pasalnya, Samsung dan Huawei adalah dua brand yang diperkirakan akan memperkenalkannya pertama kali.

Dirilis Vendor Antah Berantah

Foto: Gizchina
Ponsel layar lipat awalnya diprediksi segera datang dari dua nama tenar di jagat smartphone, yakni Samsung atau Huawei. Namun ramalan itu salah, produsen pertamanya ternyata adalah Royole Technology dengan ponsel bernama FlexPai. Tentu, banyak yang kaget.

"Royole telah berhak menyatakan menjadi yang pertama meluncurkannya dan hal ini cukup mengherankan karena produsen yang belum pernah terdengar merilisnya," sebut Carolina Milanesi, analis di Creative Strategies.

Belum lagi Royole yang berbasis di Shenzen, China ini juga berharap developer akan mulai mengembangkan aplikasi untuk ponsel fleksibel semacam FlexPai. "Anda membutuhkan developer yang berpikir bagaimana mereka memanfaatkan dengan baik layar yang bisa direntangkan dua kali lipat," papar Carolina.

Ia pun memprediksi bisa jadi Royole nantinya jadi target akuisisi perusahaan yang lebih kakap. Adapun pakar lain meragukan apakah FlexPai akan dirilis dalam kuantitas besar.

"Royole sudah beberapa kali melakukan publicity stunt untuk menunjukkan layar OLED fleksibel miliknya. Mungkin ini juga cuma buat publisitas," kata Dr Guillaume Chansin dari Irimitech Consulting.

Digawangi Pria Senilai Rp 31 Triliun

Foto: Royole
Inovasi FlexPai lahir dari hasil pemikiran salah satu pendiri Royole Technology yang bernama Bill Liu. Ide tersebut muncul di kepalanya ketika ia masih menekuni studi di Stanford University pada jurusan teknik elektro.

Awalnya, Liu fokus pada sebuah layar fleksibel yang bisa digulung hingga berbentuk seperti pulpen dan bisa dimasukkan ke kantong. Dari situ, ia bersama dua temannya, yaitu Peng Wei dan Xiaojun Yu, yang juga kuliah di Stanford University, mendirikan Royole.

Liu melihat peluang untuk mengubah salah satu hal fundamental dari interaksi antara manusia dengan tampilan muka mesin. Solusinya adalah menawarkan solusi terhadap konflik antara pengalaman dalam melihat konten visual dengan kemudahan dalam membawanya ke mana-mana.

"Orang-orang sangat ingin untuk melihat layar besar yang bagus dan memiliki reolusi tinggi, sehingga membuat televisi dan teater terus tumbuh besar," ucapnya, sebagaimana detikINET kutip dari South China Morning Post, Kamis (1/11/2018).

"Tapi masalahnya ada pada kemampuannya untuk di bawa ke mana-mana. Jika kami bisa membuat sesuatu yang menggabungkan keduanya dalam satu perangat, itu akan sangat luar biasa," ujarnya menambahkan.

Mereka pun sukses memperlihatkan layar ponsel fleksibel tertipis di dunia pada 2014 lalu. Keberhasilannya itu hanya selang dua tahun setelah Royole lahir pada 2012.

Kini, setelah enam tahun, startup tersebut sudah bernilai USD 5 miliar dalam pendanaan seri-E terkini. Untuk sumber daya manusianya, Royole memiliki 2.000 karyawan. Per Agustus 2018, Liu yang menjabat sebagai CEO memiliki sekitar 42% saham Royole, membuatnya memiliki kekayaan sekitar USD 2,1 miliar, atau lebih dari Rp 31 triliun.

Pakai Otak Snapdragon Canggih

Foto: Gizchina
Dari informasi yang tersedia, FlexPai diperkuat prosesor 7nm Qualcomm tanpa menyebut nama Snapdragon 8150. Namun satu-satunya prosesor Qualcomm yang dibuat dengan pabrikasi 7nm adalah Snapdragon 8150, itu pun saat ini belum dirilis secara resmi.

Snapdragon 8150, atau bisa juga Snapdragon 855 baru akan diluncurkan oleh Qualcomm pada Desember mendatang. Fitur andalannya tentulah pabrikasi 7nm dan dukungan jaringan 5G. Baru-baru ini, muncul juga bocoran mengenai prosesor tersebut. Pembagian core di Snapdragon 8150 disebut akan dipecah menjadi tiga.

Pertama adalah empat core 'Silver', dua core 'Gold', dan dua core 'Gold+'. Silver adalah penamaan yang dipakai Qualcomm untuk menyebut core hemat energi, sementara Gold dipakai untuk menamai core berperforma tinggi, namun sampai saat ini Qualcomm belum pernah menggunakan nama Gold+ untuk corenya.

Pembagian core ini serupa dengan yang dilakukan Huawei di Kirin 980, yaitu penggunaan tiga cluster core. Huawei mempunyai empat Cortex-A55 core, dua Cortex-A76 core dengan kecepatan 2,6GHz, dan dua Cortex A-76 core dengan kecepatan 1,92 GHz.

Penggunaan tiga cluster core ini juga sebelumnya dipakai oleh MediaTek di Helio X30, yang merupakan prosesor sepuluh core. Namun MediaTek hanya menyediakan dua core berperforma tinggi, dan sisanya delapan core hemat energi.

Penggunaan tiga cluster core ini secara teoritis bisa menghasilkan chip yang lebih efisien bagi Qualcomm. Pasalnya kehadiran core kelas menengah disebut bisa menjembatani pekerjaan-pekerjaan yang terlalu berat untuk core hemat energi, namun terlalu ringan untuk core performa tinggi, demikian dikutip detikINET dari Android Authority, Kamis (1/11/2018).

Segera Diikuti Samsung dan Huawei

Foto: Screenshot
Meski sudah ditikung, Samsung dan Huawei tetap menjadi kandidat kuat pembuat ponsel layar lipat selanjutnya. Bos divisi mobile Samsung DJ Koh bahkan pernah menyebut kalau ponsel lipatnya ini bisa saja diungkap ke publik akhir 2018 ini. Koh juga pernah mengungkap kemampuan ponsel lipat kepunyaannya. Disebutkannya perangkat tersebut bisa digunakan sebagai tablet dengan kemampuan multitasking sebelum dilipat menjadi ponsel agar lebih portabel.

"Ketika kami memberikan telepon lipat, itu harus benar-benar berati bagi pelanggan kami," kata Koh dalam sebuah wawancara usai peluncuran Galaxy A9.

"Jika pengalaman pengguna tidak sesuai dengan standar saya, saya tidak ingin memberikan produk semacam itu," lanjutnya.

Vendor lain yang mempersiapkannya adalah Huawei. Pernyataan itu dikuatkan oleh CEO produk konsumen Huawei Richard Yu. Ia mengatakan smartphone dengan model yang bisa dilipat dan mendukung 5G ini diharapkan tiba pada Juni tahun depan.

Dalam sebuah kesempatan, Yu pernah berujar kalau smartphone lipat rancangannya ini memungkinkan pengguna menggantikan komputer. Hal itu tak lain dari keunggulan perangkatnya bisa ditekuk dan disimpan di kantong sang empunya.

Dan, ketika diambil untuk digunakan, maka layar dari ponsel yang terlipat dan direnggangkan itu bisa meluas ke ukuran lebih besar lagi.

Halaman 2 dari 6
(fyk/fyk)