Huawei memang berasal dari China. Tapi perusahaan yang identik dengan logo kipas merah itu akan menolak jika disamakan kualitasnya dengan ponsel-ponsel merek lain yang juga diproduksi di negeri Tirai Bambu itu.
"Fokus kami di Huawei Device saat ini adalah menghasilkan ponsel-ponsel premium," kata Henry Hsu, Chief Operating Officer Consumer Business Group Southern Pacific Region Huawei saat ditemui detikINET di London, Inggris.
Meski demikian, diakui olehnya, memang sulit untuk melepaskan bayang-bayang masa lalu. Seperti diketahui, Huawei memang lebih dikenal sebagai rajanya penyedia infrastruktur jaringan telekomunikasi murah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alhasil, brand Huawei Device pun tenggelam. Namanya tak terlalu terkenal saat disandingkan dengan merek-merek ponsel lainnya. Citra Huawei di mata publik pun akhirnya lebih dikenal sebagai pocin murah karena sering dibundling untuk program ponsel ekonomis operator.
"Tapi itu dulu. Sekarang kami telah mengubah konsep bisnis kami, dari B2B (business to business) menjadi B2C (business to consumer) yang langsung menjangkau pasar retail," jelas Hsu.
Untuk lebih mengangkat citranya di masyarakat pengguna ponsel, Huawei pun dalam beberapa tahun terakhir ini mulai gencar merilis sejumlah ponsel premium. Mulai dari P1, P2, P3, P7, dan terakhir P8 yang baru saja diperkenalkan di London.
Tak hanya smartphone, Huawei juga punya lini produk phablet dan tablet. Agar lebih melengkapi portofolio produknya, perusahaan ini juga ikut meramaikan pasar wearable device dengan sejumlah produk seperti smartband dan smartwatch.
Gelang dan jam tangan pintar itu telah diperkenalkan sebelumnya di ajang Mobile World Congress 2015 di Barcelona, Maret lalu. Yang menjadi andalannya tentu saja Huawei Talkband B2 yang hadir dengan desain lebih premium dan elegan dibanding seri sebelumnya.
(rou/rou)