Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Feature Phone, Bisnis Recehan yang Masih Seksi

Feature Phone, Bisnis Recehan yang Masih Seksi


- detikInet

Advan Hammer (rou/detikINET)
Jakarta - Sejak adanya smartphone, pamor feature phone mungkin sudah jauh berkurang. Tapi kondisi ini tidak serta-merta menghabisi keseksian bisnisnya. Setidaknya untuk pasar pengguna di pinggir kota.

Lembaga riset IDC yang dikutip detikINET, Selasa (25/3/2014), memproyeksikan ada 63,4 juta unit ponsel yang bakal masuk ke Indonesia di sepanjang 2014 ini. Dari jumlah itu, 46,9 juta unit atau 74% di antaranya adalah feature phone. Sementara smartphone cuma 26% atau 16,5 juta unit.

"Pasar feature phone masih sangat seksi, masih di atas 60 juta per tahun atau 5 juta per bulan saat ini. Sampai 2017 saja pangsa pasarnya diprediksi IDC masih akan ada sekitar 35%," kata Tjandra Lianto, Marketing Director Advan, saat ditemui di Jakarta.

Pangsa pasar feature phone pun diproyeksi masih akan mampu bertahan sampai 2020 dan seterusnya. Atau setidaknya sampai semua pengguna ponsel di Indonesia beralih seluruhnya menggunakan smartphone.

Tjandra tak memungkiri, kue bisnis ponsel fitur masih sangat besar karena faktor harganya yang jauh lebih murah dibandingkan ponsel pintar. Bayangkan saja, dengan modal Rp 200 ribuan sudah bisa membeli sebatang ponsel.

"Kami harus menjual banyak karena feature phone ini harganya murah, cuma Rp 200 ribu sampai maksimal Rp 500 ribu. Marginnya hanya single digit, bisnis recehan. Itu sebabnya kami bermain di volume," jelasnya.

Advan sendiri baru saja merilis empat seri feature phone dengan brand baru yang diberi nama Hammer. Total akan ada sembilan unit yang bakal dirilis hingga pertengahan tahun ini dengan volume pengadaan minimal 100 ribu per unit setiap bulannya.

Ponsel Hammer ini terbagi menjadi empat tipe produk, yaitu seri R untuk candybar yang baru saja dirilis, seri Q untuk Qwerty, P untuk seri Powerbank, dan C untuk seri CDMA. Ponsel fitur ini juga dibidik untuk kaum sub-urban, para orang tua, anak-anak sekolah dasar, karyawan, dan buruh pabrik.

"Target kami bisa meraih 30% pangsa pasar, itu sebabnya kami pasok banyak sekitar 1,5 juta unit per bulan atau minimal 20 juta per tahun. Kami harus kuat bermain di volume, karena kami ingin tahun depan feature phone bisa beri kontribusi 10%-15% untuk total pendapatan," papar Tjandra.

Demi meraih targetnya ini, Advan juga mengaku akan sangat jor-joran beriklan membesarkan brand Hammer melalui berbagai media. Tak tanggung-tanggung, perusahaan merek lokal ini siap berinvestasi hingga 10 miliar per bulan.

"Kami sangat gencar beriklan melalui billboard dan juga televisi. Tahap awal, untuk tahun ini saja sekitar Rp 5 miliar sampai 10 miliar per bulan kami siapkan. Dananya kami bedakan dengan Advan yang Rp 25 miliar per bulan," katanya.

Pasalnya, pasar ponsel fitur sangat sengit karena pasarnya besar dan diperebutkan banyak pemain. Selain itu, harganya juga murah, sehingga margin keuntungannya kecil hanya single digit. Berbeda dengan tablet dan smartphone yang punya margin double digit.


(rou/rou)







Hide Ads