Amerika Mau Kuasai Chip AI Tercanggih, Negara Lain Nggak Boleh Beli
Hide Ads

Amerika Mau Kuasai Chip AI Tercanggih, Negara Lain Nggak Boleh Beli

Anggoro Suryo - detikInet
Senin, 03 Nov 2025 15:32 WIB
U.S. President Donald Trump speaks to members of the media as he departs for Asia from the South Lawn of the White House in Washington, D.C., U.S., October 24, 2025. REUTERS/Kylie Cooper Purchase Licensing Rights
Foto: REUTERS/Kylie Cooper Purchase Licensing Rights
Jakarta -

Amerika Serikat tampaknya ingin memastikan keunggulannya di era kecerdasan buatan. Presiden AS Donald Trump secara tegas menyatakan bahwa chip AI tercanggih buatan Nvidia hanya akan diperuntukkan bagi perusahaan di negaranya, bukan untuk China atau negara lain mana pun.

Dalam wawancara yang ditayangkan di program 60 Minutes di CBS, Trump menegaskan bahwa chip generasi terbaru Nvidia -- seri Blackwell -- tidak akan diekspor ke luar negeri, seperti dikutip detikINET dari Reuters, Senin (3/11/2025).

"Chip paling canggih itu tidak akan kami berikan kepada siapa pun selain Amerika Serikat," ujarnya, seperti dikutip dari wawancara tersebut. "Kami tidak memberikan chip Blackwell itu kepada pihak lain."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pernyataan tersebut menandakan potensi kebijakan baru yang lebih ketat terkait ekspor semikonduktor canggih. Selama ini, pembatasan chip AI sudah diberlakukan terhadap China, namun langkah Trump kali ini menunjukkan bahwa pembatasan bisa meluas hingga ke negara sekutu sekalipun.

ADVERTISEMENT

Langkah ini disebut sebagai upaya untuk menjaga dominasi teknologi Amerika di tengah kompetisi global yang kian tajam, terutama dengan China yang terus berinvestasi besar dalam riset dan pengembangan AI.

Padahal, Nvidia baru saja mengumumkan akan memasok lebih dari 260.000 chip Blackwell ke Korea Selatan, termasuk ke perusahaan besar seperti Samsung Electronics. Dengan kebijakan baru ini, rencana ekspor tersebut bisa saja berubah.

Trump sendiri sebelumnya sempat membuka kemungkinan menjual versi chip yang "lebih rendah" ke China, namun kini menutup pintu untuk varian tercanggihnya. "Kami akan membiarkan mereka berurusan dengan Nvidia, tapi bukan dalam hal yang paling canggih," katanya.

Kebijakan ini mendapat sambutan beragam di Washington. Sejumlah politisi Partai Republik menilai keputusan tersebut tepat untuk melindungi keamanan nasional dan keunggulan teknologi Amerika. Anggota Kongres John Moolenaar bahkan menyebut bahwa memberikan chip Blackwell ke China "sama saja dengan memberikan uranium tingkat senjata ke Iran."

Di sisi lain, analis menilai langkah ini bisa menimbulkan ketegangan baru dalam rantai pasok semikonduktor global. Nvidia selama ini bergantung pada pasar Asia, termasuk China, untuk mendorong pertumbuhan pendapatan. CEO Nvidia Jensen Huang bahkan sempat menyebut bahwa Beijing "secara eksplisit menolak kehadiran Nvidia untuk saat ini," namun tetap menegaskan pentingnya pasar China dalam mendukung riset dan pengembangan di AS.

Jika kebijakan ini benar-benar diberlakukan, AS akan menjadi satu-satunya negara yang memiliki akses penuh terhadap chip AI paling canggih di dunia -- menjadikannya pusat gravitasi baru dalam perlombaan kecerdasan buatan global.




(asj/asj)
Berita Terkait