Telkomsel menyatakan investasi senilai total US$ 450 juta atau setara Rp 6,5 triliun ke Gojek sebagai aksi strategis perusahaan. Korporasi meyakini investasi tersebut akan mendatangkan banyak benefit ke depannya.
Direktur Telkomsel Utama Setyanto Hantoro menjelaskan aksi korporasi ini merupakan bagian dari strategi Telkomsel dalam memperkuat trifecta bisnis digital perusahaan, yaitu Digital Connectivity, Digital Platform dan Digital Services.
"Sebagai digital telco company, kami terus melakukan pengembangan berkelanjutan yang melampaui kemampuan konektivitas, dengan terus mengembangkan industri digital di Indonesia melalui kontribusi keunggulan Telkomsel dan Gojek, baik dalam bidang keahlian maupun inovasi. Kebutuhan masyarakat Indonesia yang terus berkembang membutuhkan ekosistem yang holistis, dan hal tersebut dapat diwujudkan melalui sinergi antara kedua perusahaan," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengamat Telekomunikasi dari IndoTelko Doni Ismanto melihat keputusan Telkomsel mengucurkan investasi ke Gojek, sebelum pengumuman merger dengan Tokopedia, sebagai langkah tepat. Menurutnya, investasi yang dialirkan ke Gojek akan memberikan impak positif bagi keuangan perusahaan, terutama dari sisi bisnis digital.
Doni mengulas investasi tersebut membuat Telkomsel bisa menjangkau sekitar 100 juta pengguna aktif dari Gojek dan Tokopedia yang telah bergabung menjadi GoTo.
"Bagi Telkomsel jadi positif lah, secara ekosistem digital dia sudah ikut di salah satu one of biggest player di southeast Asian. Ada 100 juta pelanggan aktif bulanannya. Gak capek lagi Telkomsel udah punya captive market mereka," jelas Doni saat berbincang dengan detikcom beberapa waktu lalu.
Ia menambahkan, Telkomsel bisa mengoptimalkan potensi captive market tersebut untuk mendongkrak performa bisnis digital mereka. Telkomsel, kata Doni, dapat memanfaatkan ekosistem digital dari Gojek yang sudah kuat.
"Jadi kalau saya lihat sih itu memudahkan Telkomsel. Dia tidak lagi capek-capek mematangkan ekosistem, karena ekosistemnya sudah matang. Dia ada potensi 100 juta pengguna antara Gojek dan Tokopedia yang aktif bulanan yang bisa jadi captive market Telkomsel," ulasnya.
"Sekarang kan kayak Maxstream dia bangun sendiri platformnya, mereka (siapkan) filmnya, bikin kontennya, ajak orang gabung maxstream itu kan capek. Saya rasa kalau Telkomsel jeli Maxstream bisa digabung dengan GoPlay, jadi bisa banyak integrasi horizontal antara digital service Telkomsel yang mungkin secara ekosistem lagi dibangun masuk ekosistem Gojek yang sudah jadi. Ini efek positifnya pendapatan digital services Telkomsel bisa naik," imbuh Doni.
Sementara itu, menurut Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, investasi ke Gojek ini akan berdampak baik bagi kedua perusahaan terutama PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) selaku induk usaha Telkomsel. Ia menyebut perubahan positif ini disebut akan terasa pada saat Indonesia keluar dari resesi akibat pandemi COVID-19.
"Pada saat Indonesia keluar dari resesi, Gojek ini akan ekspansi ke mana-mana dan akan lebih besar dan ini akan diuntungkan oleh Telkom. Jadi Telkomsel itu bukan melihat saat ini, tapi melihat yang akan datang setelah ekonomi Indonesia keluar dari resesi," jelas Ibrahim.
Pengamat Ekonomi Indef Bhima Yudhistira punya pendapat senada. Ia menjelaskan dengan investasi cukup besar dari Telkomsel, Gojek dapat memperluas layanan maupun jangkauan bisnisnya. Hal itu akan berdampak pada peningkatan potensi pendapatan Gojek yang lagi-lagi menguntungkan investor seperti Telkomsel, dan tentunya Telkom sebagai perusahaan induk akan mencecap keuntungan tersebut.
"Dengan semakin berkembangnya bisnis Gojek, terutama mereka yang menggunakan Telkomsel sebagai operator selularnya, baik di sisi driver maupun pelanggan Gojek, tentunya ini akan berimbas positif pada pendapatan Telkomsel," papar Bhima.
(akn/fay)