Bertepatan dengan tumbangnya bisnis ponsel LG, menarik untuk mengingat lagi peristiwa serupa di masa lalu. Ambil contoh Nokia yang saat ini tetap eksis sebagai produsen ponsel yang dikendalikan HMD Global dan lumayan baik performanya. Namun periode amat kelam pernah dialami Nokia hingga akhirnya dijual ke Microsoft dan sempat tutup. Berikut sejarahnya yang masih menarik perhatian hingga kini, dihimpun detikINET dari berbagai sumber.
Masa Kejayaan
Akhir tahun 1990-an menjadi awal kejayaan Nokia di jagat ponsel. Banyak terobosan mereka rilis yang menarik hati publik, misalnya Nokia 9000 Communicator pada tahun 1996. Kemudian ada ponsel 'pisang' Nokia 8110 yang menuai popularitas besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun 1998, seri Nokia 6100 terjual hampir 41 juta unit, membuat Nokia meroket menjadi pemimpin pasar ponsel menyalip Motorola. Tahun itu pula, Nokia memperkenalkan Nokia 8810,ponsel pertama tanpa antena eksternal. Tahun berikutnya, ada Nokia 3210 yang populer dan terjual 160 juta unit, kemudian ponsel legendaris Nokia 3310.
Tahun 2000 awal, Nokia tetap tak tergoyahkan. Salah satu inovasi mereka adalah Nokia 7650, ponsel canggih di masa itu dengan kamera built in. Masuk tahun 2003, meluncurlah Nokia 1100 yang kemudian jadi handset terlaris sepanjang masa, terjual 250 juta unit.
![]() |
Pada puncak kejayaannya, Nokia menyumbang 40% dari seluruh ponsel yang beredar di seluruh dunia. Di Indonesia, merek ini dulu sangat dominan. Nokia menjadi merek asal Finlandia paling masyhur dan membuat ekonomi negara itu makmur.
Menurut riset Research Institute of the Finnish Economy, Nokia antara tahun 1998 sampai 2007 menyumbang seperempat pertumbuhan ekonomi Finlandia. Sebuah periode yang disebut Menteri Keuangan Finlandia Alexander Stubb sebagai keajaiban ekonomi.
Mulai Goyah
Sampai tahun 2006, kekuasaan Nokia bisa dibilang tak ada gangguan. Tantangan besar pertama muncul di tahun 2007 dengan kedatangan generasi pertama Apple iPhone. Kemudian pada tahun 2008, sistem operasi Android mulai menyapa dunia.
Nokia pun mulai intensif membuat ponsel layar sentuh untuk mengantisipasi mereka. Salah satu yang paling berhasil adalah Nokia 5800 Xpress Music. Namun walau laku 8 juta unit, pengalaman layar sentuhnya tidak memuaskan.
Tahun 2008, tanda-tanda kurang baik mulai tampak. Profit Nokia turun sampai 30%, sedangkan di sisi lain penjualan iPhone naik 330%. Tahun 2009, Nokia bahkan PHK 1.700 karyawan di seluruh dunia.
Android kemudian makin diperhitungkan. Apalagi barisan pendukungnya adalah para produsen besar, termasuk Samsung, HTC sampai LG.
Pada saat itu, BlackBerry juga mendadak naik ke puncak kejayaan. Maka tantangan pada Nokia datang dari segala penjuru.
September 2010, mantan eksekutif Microsoft Stephen Elop direkrut menjadi CEO Nokia dengan tugas berat, membangkitkan Nokia yang saat itu mulai kepayahan di tengah panasnya kompetisi industri mobile.
Halaman selanjutnya: Masa Stephen Elop...
Masa Stephen Elop
Stephen Elop menjadi CEO Nokia pada tahun 2010 dan langsung melakukan berbagai keputusan drastis. Di antaranya mematikan Symbian dan memilih memakai OS Windows Phone di lini smartphone Nokia.
Padahal kala itu, OS Android mulai mencapai popularitas sehingga pilihan Elop kukuh menggunakan Windows Phone dipertanyakan. Beberapa pihak pun bahkan menilai Elop adalah orang suruhan Microsoft, tempat kerjanya semula, untuk melemahkan Nokia.
Padahal, banyak analis yang berpendapat, jika saja saja vendor Finlandia ini mengusung smartphone Android, tentu posisinya di pasar ponsel tidak akan terpuruk. Namun Elop punya alasannya sendiri.
![]() |
"Kami saat itu telah mempertimbangkan apakah akan memilih Android atau Windows. Penting untuk dicatat, bahwa integrasi adalah sesuatu yang dicari oleh pengguna. Jika menggunakan Lumia 920 yang berjalan di Windows Phone, maka pengguna akan terintegrasi dengan Windows PC atau Xbox. Apa yang kami cari ada pada sisi Microsoft," ujar Elop ketika itu.
Dengan beralih ke platform Microsoft tersebut, Elop mengaku tidak khawatir jika Nokia akan mendapatkan pangsa pasar yang kecil.
"Jika menggunakan Android, tentu akan terlambat bagi siapapun di industri ini karena sudah ada satu vendor yang telah mendominasi dan mengorbankan vendor lain. Dalam dua tahun terakhir, Samsung menangkap pangsa pasar Android secara besar-besaran dan memeras vendor lain sehingga hanya kebagian pasar yang lebih sedikit," tandasnya.
"Kami memang membuat penyesuaian. Namun sangat jelas bagi kami bahwa dalam perang ekosistem saat ini, kami punya keputusan berkelas untuk fokus pada Windows Phone dengan lini produk Lumia," sebut Elop di kesempatan berbeda.
"Dan dengan itulah kami berkompetisi dengan kompetitor seperti Samsung dan Android," tambah pria berkebangsaan Kanada ini.
Halaman selanjutnya: Dijual murah ke Microsoft...
Dijual Murah ke Microsoft
Nokia tetap tidak mampu berbuat banyak walau sudah mengadopsi Windows Phone dan berusaha tetap inovatif di deretan ponsel barunya. Puncaknya Nokia akhirnya dibeli Microsoft akhir 2014 lalu dengan harga terhitung murah, di kisaran USD 7 miliar.
Sungguh sebuah akhir yang cukup tragis pada mantan raja ponsel dunia. Bahkan di bawah Microsoft, Nokia tetap kepayahan. Sampai akhirnya divisi ponsel dan merek Nokia di Microsoft ditutup. Sampai akhirnya HMD Global memegang lisensi Nokia dan kembali menjual ponsel merek itu dan saat ini, performa mereka cukup lumayan.
Stephen Elop pun banyak disorot. Dengan berbagai standar pengukuran, Elop disebut salah satu CEO terburuk atau memang paling buruk. Elop dianggap orang yang salah untuk memimpin Nokia. "Ada orang lain yang seharusnya bisa menyelamatkan bisnis ponsel Nokia," kata Pekka NykΓ€nen and Merina Salminen, penulis buku Operation Elop.
Di sisi lain mereka juga menilai kehancuran Nokia sebenarnya bukan semata salah Elop. Tapi berbagai strategi Elop untuk membangkitkan bisnis ponsel Nokia menemui kegagalan sehingga dia berperan besar dalam kejatuhan Nokia.
"Elop gagal dalam upaya menyelamatkan Nokia. Dia membuat kesalahan monumental, tapi niatnya baik. Dia mengambil risiko masif dengan menaruh semua telur ke dalam satu keranjang," kata penulis.
Mengenai berbagai tudingan yang ditimpakan padanya, Elop pernah membantah bahwa dia adalah 'kuda Trojan' yang sengaja dikirim Microsoft untuk menghancurkan Nokia.
"Kami tidak bisa melihat bagaimana caranya Symbian bisa dibawa pada level kompetitif melawan misalnya iPhone, yang diluncurkan tiga tahun sebelumnya," kata Elop mempertahankan keputusannya melenyapkan Symbian dan mengadopsi Windows Phone.
"Sedangkan mengenai isu Trojan horse itu, aku sungguh hanya bekerja untuk keuntungan para pemegang saham Nokia. Sebagai tambahan, seluruh keputusan bisnis dan strategi yang fundamental dilakukan dengan dukungan dan persetujuan dewan direksi Nokia," tambah dia.
Halaman selanjutnya: Salah siapa?
Bukan Semata Salah Elop
Ada pula yang menganggap Elop tidak bisa sepenuhnya disalahkan. Disebutkan ada sosok lain yang juga menjadi penyebab kejatuhan Nokia.
Mantan chairman Nokia, Risto Siilasma, pernah meluncurkan buku bertajuk 'Transforming Nokia: The power of paranoid optimism to lead through colossal change'. Buku itu antara lain membahas kisah di balik layar meredupnya ponsel Nokia.
Risto menyalahkan CEO Nokia terdahulu, Jorma Ollila, sebagai salah satu penyebab utama terpuruknya Nokia. Ia menulis Jorma orang yang temperamental dan menyebarkan ketakutan di Nokia, sehingga tidak ada diskusi terbuka serta kerap menutupi jika ada kabar buruk.
Risto berkisah dia sudah meminta agar Nokia ikut memakai OS Android pada tahun 2009 sebagai pengganti Symbian yang kian ketinggalan. Akan tetapi usulnya itu tidak pernah diindahkan, terutama oleh Jorma.
Pada tahun 2013, seiring jatuhnya bisnis ponsel Nokia, Risto yang sudah jadi chairman Nokia memberitahukan rencana untuk menjual divisi ponsel Nokia pada Microsoft. Tapi Jorma tidak terima dengan rencana itu.
"Perbincangan di antara kami selalu sama polanya, aku berusaha ramah, dia meledak-ledak dan mengatakan aku akan merusak warisannya," kata Risto.
Ollila sendiri yang sekarang sudah pensiun adalah CEO Nokia di masa puncak, dari tahun 1992 sampai 2006. Dia lalu menjadi Chairman sampai tahun 2012. Posisi sebagai CEO lalu dijabat oleh Olli-Pekka Kallasvuo yang dianggap kurang bersinar. Nokia makin tertekan hingga akhirnya memilih Stephen Elop. Sayangnya pergantian pucuk pimpinan itu tidak berhasil menyelamatkan mereka.