Pandemi virus Corona mengubah perilaku aktivitas dan perilaku masyarakat Indonesia, terutama saat berbelanja. Jika sebelumnya banyak menggunakan metode tradisional, kini mereka lebih banyak mengadopsi gaya digital.
Hal ini diungkapkan Asisten Gubernur dan Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Filianingsih Hendarta dalam webinar seputar sistem pembayaran digital yang diadakan CNBC Indonesia. Filianingsih mengatakan saat ini belanja online dan pembayaran digital menjadi primadona di tengah pandemi.
"Transaksi UE (uang elektronik), digital banking, dan e-commerce meningkat. Ini mencerminkan perilaku manusia yang mulai beradaptasi pada digital. Yang tadinya tidak pernah belanja online, tidak pernah menggunakan digital payment terpaksa mereka melakukan itu," kata Filianingsih, Kamis (3/9/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peningkatan ini terlihat dari data yang diungkap BI. Di kuartal pertama tahun 2020, transaksi e-commerce mencapai 275,8 juta kali dengan nominal Rp 58,5 triliun.
Untuk kuartal kedua tahun 2020, nominalnya memang turun menjadi Rp 55,9 triliun, tapi volumenya meningkat menjadi 383,5 juta. Filianingsih mengatakan ini wajar mengingat daya beli masyarakat yang menurun dan mereka lebih berhati-hati saat berbelanja.
Tidak sekedar belanja lewat toko online, mereka juga mengandalkan pembayaran digital. Filianingsih mengungkap bahwa saat ini pangsa metode pembayaran di e-commerce tidak lagi didominasi oleh transfer bank tapi justru oleh uang elektronik.
Filianingsih mengatakan COVID-19 mungkin berpengaruh buruk pada perekonomian Indonesia dan global. Tapi pandemi ini juga menjadi berkah yang tersembunyi karena bisa mendorong transformasi dan adopsi digital di Tanah Air.
"Dan kebiasaan experience tadi sudah mulai membentuk behavior. Ke depan kita yakin ini akan menjadi behavior masyarakat untuk beralih kepada transaksi digital," pungkasnya.
(vmp/fay)