Berapa Mahar untuk Meminang Twitter?
Hide Ads

Berapa Mahar untuk Meminang Twitter?

Ardhi Suryadhi - detikInet
Senin, 26 Sep 2016 14:35 WIB
Foto: Gettyimages - Andrew Burton
Jakarta - Kicauan akan dijualnya Twitter semakin nyaring terdengar. Verizon, Microsoft, Google dan SalesForce konon berada di posisi terdepan sebagai pemilik baru situs mikroblogging itu.

Twitter dan semua perusahaan yang terseret dalam pusaran isu ini memang masih membungkam. Pun demikian, hal itu justru membuat isu bakal dipinangnya Twitter semakin deras.

Adapun pertanyaan yang paling banyak ditanyakan orang-orang yang pertama adalah 'siapa?'. Hal ini merujuk perusahaan mana saja yang berminat dengan Twitter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah, pertanyaan kedua adalah 'berapa?'. Ya, bisa ditebak, berapa mahar yang harus dikeluarkan si pembeli untuk bisa meminang situs 140 karakter yang populer itu.

Situs Recode menyebut, Twitter memiliki nilai yang lebih mahal dibandingkan LinkedIn. Jika beberapa waktu lalu, Microsoft berani membayar LinkedIn USD 26,2 miliar atau sekitar Rp 349 triliun, maka Twitter diperkirakan punya harga jual setidaknya USD 30 miliar atau setara Rp 392 triliun!

Kemahalan? Susah dipastikan memang. Namun yang pasti, ketika berbicara jagat media sosial, nama Twitter masih berada di kasta teratas, di bawah Facebook tentunya.

Dan dari keempat kandidat yang disebutkan di atas sebagai peminat Twitter. Dua nama terakhir β€” Google dan SalesForce β€” dianggap yang paling menjanjikan.

Nama Salesforce jadi calon peminat paling baru. Dan dengan banderol harga USD 30 miliar tersebut dianggap jadi batu sandungan paling besar bagi pemain di layanan cloud ini. Terlebih, market cap Salesforce kurang dari USD 50 miliar.

Sementara Google dianggap sebagai calon yang paling kaya. Alphabet β€” sebagai induk semang Google β€” diperkirakan meraup revenue hingga USD 21 miliar dalam kuartal terakhir.

Terlebih, Twitter tentu jadi amunisi mumpuni untuk memuluskan ambisi Google untuk jadi raja media sosial. Apalagi jika nantinya Twitter bisa dikolaborasikan dengan YouTube, tentunya bisa menjadi ancaman serius bagi Facebook.

Menurut CNBC, Dewan Direksi Twitter sudah membuka diri atas pengajuan penawaran dari siapapun. Di sisi lain, lesunya kinerja perusahaan (Twitter) juga mendorong santernya isu pengambilalihan ini. Di kuartal ini, keuntungan dan pertumbuhan penjualan Twitter melambat.

Sementara pada bulan Juli, Twitter melaporkan, penjualan kuartal kedua naik hampir 20%, ini merupakan pertumbuhan terlemah sejak tahun 2013.

Dan kembali lagi, pasca isu akuisisi Twitter kembali mengemuka, saham Twitter pun langsung melonjak 21% pada perdagangan Jumat (23/9/2016) dan ditutup di level USD 22,62/saham.

Kini, tinggal menunggu kicauan langsung para calon yang berani terbuka untuk meminang Twitter. (ash/rns)
Berita Terkait