Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Ini Cara Menangkal Lapak Online Abal-abal

Ini Cara Menangkal Lapak Online Abal-abal


- detikInet

Ilustrasi (gettyimages)
Jakarta - Meski e-commerce di Indonesia terus mengalami pertumbuhan. Hanya saja dibandingkan negara tetangga, jumlahnya masih tidak begitu besar.

Masyarakat Indonesia belum begitu doyan bertransakasi di toko online, salah satu faktornya adalah soal kepercayaan. Menyiasati hal tersebut dibutuhkan sebuah sertifikasi trustmark untuk meningkatkan kepercayaan konsumen.

Menurut David Alexander, Humas Asosiasi E-Commerce Indonesia (IdEA), sertifikasi e-commerce bukanlah hal baru. Karena di berbagai negara mewajibkan pelaku bisnis online mengantongi trustmark.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

David pun mencontohkan beberapa penerapan trustmark di beberapa kawasan. Di China, sejak Oktober 2011 pihak pemerintah tirai bambu ini telah mengeluarkan sertifikasi China International Electronic Commerce Center (CIECC) bagi e-commerce.

Amerika Serikat juga menerapkan hal serupa. Di Negeri Paman Sam ada tiga lembaga yang mengeluarkan sertifikasi trustmark bagi e-commerce, yakni Better Business Bureau (BBB) Accredited Business, Trustwave Trusted Commerce dan McAfee Secure.

Sementara di Benua Biru, sejak Maret 2014 ada 11 negara yang sepakat menetapkan sebuah sertifikasi bernama European Trust Mark (EMOTA). Kata David, EMOTA ini menetapkan sembilan poin pokok yang harus penuhi oleh e-commerce bila ingin lulus sertifikasi.

"Mereka mengharuskan informasi mengenai toko online dan produk yang dijual harus jelas, lengkap dan akurat. Begitu pula mengenai ketersediaan dan waktu pengiriman. Sampai diatur pula mengenai layanan pelanggan, privasi data, keamanan metode pembayaran hingga perlindungan terhadap anak di bawah umur," jelas David dengan dialeg melayu.

Menurut David, Indonesia harus harus segera memberlakukan sertifikasi trustmark. Sebab akan memberikan dampak positif bagi industri e-commerce Tanah Air. "Bisa meningkatkan kepercayaan konsumen dalam berbelanja online. Pemerataan kesempatan bagi situs baru. Serta pendataan situs untuk akuntabilitas," jelasnya.

Meski terasa penting, hanya saja dalam pengurusan trustmark nantinya jangan dibuat ribet. Dikhawatirkan malah menimbulkan resistensi dari pemain e-commerce.

Usulan mengenai trustmark, turut pula disisipkan sebagai rekomendasi idEA kepada pemerintah di Forum Usulan Roadmap E-Commerce Indonesia. IdEA sendiri, lanjut David, siap menjadi lembaga sertifikasi trustmark bila ditunjuk pemerintah.

Saat ini, IdEA sebenarnya telah menyediakan sertifikasi trustmark bagi e-commerce. Untuk mendapatkannya cukup gampang, para pelaku e-commerce hanya perlu mengikuti tahap registrasi dan verifikasi.

Proses pertamanya pemilik mendaftarkan websitenya ke IdEA. Kemudian akan ada sejumlah verifikasi yang dilakukan admin IdEA, seperti KTP, NPWP. Usai diverifikasi, pemilik situs akan mendapat konfirmasi melalui SMS yang berisi 15 digit kode. Lalu mereka hanya tinggal melakukan pembayaran. Setelah pembayaran terverifikasi, proses registrasi pun selesai.

Selanjutnya pihak IdEA akan kerap melakukan verifikasi secara berkala. Tiap minggunya, sistem akan mengirim email berisi kode rahasia yang harus dikirim oleh pemilik situs melalui SMS dalam kurun waktu maksimal 24 jam.

Kemudian satu bulan sekali, admin akan melakukan verifikasi situs dengan screen capture untuk memastikan situs tersebut masih aktif atau tidak.

Admin IdEA akan kerap melakukan check list mengenai deskripsi produk, info ketersediaan dan waktu pengiriman. Selain itu, admin akan menyamar menjadi konsumen untu membuktikan kebenaran data yang ada di situs.

"Kami akan memastikan apakah barang yang dibeli sesuai dengan spesifikasi produk dan waktu pengirimannya. Begitu pula waktu respons pelayanan pelanggan. Proses check list dan penyamaran tersebut akan dilakukan berulang setiap 6 bulan," pungkas David.

(ash/ash)







Hide Ads