Menurut Ongki Kurniawan, Chief Service Management Officer XL Axiata, memiliki dua brand yang mirip dari sisi segmentasi dalam satu perusahaan, memang memiliki risiko untuk saling mengkanibal. Hal ini pula yang sudah diprediksikan kepada XL dan Axis.
"Itu memang risiko dan sudah kita lihat di Telkomsel dan Indosat pasti ada risiko yang bisa terjadi," kata Ongki saat drive test XL ke Jogjakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dimana XL saat ini sudah memetakan di market atau wilayah mana saja Axis memiliki posisi yang kuat. Begitu juga sebaliknya, memetakan di wilayah mana saja XL yang kurang bertaji.
"Jadi kita petakan dulu daerahnya, dan kita hanya push Axis untuk daerah-daerah tersebut. Untuk nation wide masih XL dan untuk daerah-daerah khusus akan kita dorong Axis," kata Ongki.
"Kalau saya lihat, Axis bermain di 20 kota utama, dimana juga berarsiran dengan XL. Jadi kalaupun kita dorong Axis itu tak akan sampai di 20 kota,"" lanjutnya.
Β
XL juga menjanjikan setelah merapatnya Axis ke XL maka tidak ada kenaikan tarif yang bakal dibebankan.
"Kalau kita merujuk dari kampanye XL-Axis Bersatu, 1 menit menelpon dari Axis ke XL itu Rp 1.500 dengan bonus 200 menit. Sebaliknya, Rp 1.700 dengan bonus 200 menit ketika menelpon dari XL ke Axis," timpal Turina Farouk, Vice President Corporate Communications XL Axiata.
"Artinya kita tidak mengubah apapun, cuma kita menambahkan bonusnya. Itu yang disamakan," ujar Turina.
"Dengan masuknya Axis maka XL saat ini seperti punya 'dua anak'. Dimana tak akan ada perbedaan kasih sayang yang diberikan. Tidak ada tuh darah biru (XL) dan darah ungu (Axis). Adanya cuma satu bapak, yaitu XL Axiata," pungkasnya.
(ash/rou)