Potensi Starlink Lawan Tower di Indonesia, Mitratel Buka Suara
Hide Ads

Potensi Starlink Lawan Tower di Indonesia, Mitratel Buka Suara

Fitraya Ramadhanny - detikInet
Jumat, 31 Mei 2024 06:15 WIB
Paparan Bisnis Telkom Grup di Semarang
Hendra Purnama, Chief Investment Officer Mitratel (Foto: Fitraya Ramadhanny/detikcom)
Semarang -

Starlink milik Elon Musk bisa melayani kebutuhan internet via satelit tanpa tower. Mitratel sebagai perusahaan tower Tanah Air tidak khawatir tersaingi.

Hal ini disampaikan Hendra Purnama, Chief Investment Officer Mitratel dalam media gathering Telkom di Semarang, Kamis (30/5/2024). Turut hadir pula CEO NeutraDC Andreuw Thonilus Albert, dan CEO Telin Budi Satria Dharma Purba.

Hendra mengklaim Mitratel saat ini sudah menjadi perusahaan tower dengan aset terbesar. Per Q1 2024 mereka sudah punya 38.135 tower termasuk 121 tower baru, 57.808 tenant termasuk 399 tenant baru dan 36.257 km fiber termasuk 3.736 km fiber baru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah, bagaimana dengan keberadaan Starlink? Secara konsep, Hendra bilang Starlink tidak menawarkan hal baru. Tower di tempat terisolasi juga memakai VSAT untuk koneksi misalnya SMS. Tapi dengan adanya Starlink bisa memberikan layanan data juga.

"Starlink bukan pengganti tapi pelengkap. Untuk Starlink kan orang mesti beli alat dan biaya bulanannnya tidak murah. Buat masyarakat Indonesia di daerah itu tidak murah," kata Hendra.

ADVERTISEMENT

Hendra mengatakan Mitratel punya kerjasama strategis dengan Starlink melalui Telkomsat. Starlink sebagai satelit Low Earth Orbit (LEO) dipakai sebagai backhaul infrastruktur di pedesaan dan area terpencil.

Paparan Bisnis Telkom Grup di SemarangChief Investment Officer Mitratel Hendra Purnama, CEO NeutraDC Andreuw Thonilus Albert, dan CEO Telin Budi Satria Dharma Purba (Foto: Fitraya Ramadhanny/detikcom)

"Kita koneksi Starlink ke BTS kan konsumen membayar dengan harga yang biasa. Jadi servis yang sama tanpa beli Starlink," kata dia.

Untuk misalnya pihak-pihak yang ada di tengah hutan, mereka mau berlangganan Starlink dan punya uang, itu tidak masalah bagi Mitratel. Starlink ideal untuk daerah terisolasi.

"So far kita belum lihat ini menjadi kompetitor ya. Sekarang Starlink ideal untuk daerah terisolasi. Kita bikin tower di Papua 6 bulan, kalau Starlink tinggal pakai alat, jalan," kata dia.

Dengan masuknya Starlink melayani pelanggan ritel, atau business to consumer, Mitratel tidak khawatir. Dalam hitungan mereka, langkah Starlink ini tidak signifikan, keramaian yang ada lebih karena jadi pembicaraan masyarakat.

Hendra mencontohkan di Amerika Serikat, tower dan layanan seluler tetap eksis meskipun di sana ada Starlink. Dia mengingatkan Starlink juga punya batas kapasitas. Kalau 10% saja pengguna mobile saat ini pindah ke Starlink, jaringan mereka tidak akan kuat.

"Kalau sudah ke rumah kan ada fiber optik, WiFi. Tinggal bagaimana jaga kualitas. Kabel tetap lebih cepat," pungkasnya.




(fay/fyk)