Peran Internet dalam Jaga Warisan Batik Turun Temurun di Surakarta
Hide Ads

Peran Internet dalam Jaga Warisan Batik Turun Temurun di Surakarta

Angga Laraspati - detikInet
Kamis, 10 Nov 2022 08:15 WIB
IndiHome
Foto: IndiHome
Jakarta -

Budaya membatik di Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah telah turun temurun sejak tahun 1546 atau pada masa kerajaan Pajang. Di wilayah seluas 24,5 hektare tersebut, para perajin dengan ciri khas batik tulis dengan pewarna alami mulai berkembang dengan pesat dan menjadi destinasi penghasil batik tertua di Indonesia.

Seiring berkembangnya zaman, budaya adiluhung bangsa Indonesia tersebut mulai terdisrupsi dengan hadirnya tekstil bermotif batik atau batik printing. Tepatnya di tahun 1970-an banyak produsen batik di Laweyan mulai berguguran.

Puncaknya pada tahun 2000-an, hanya menyisakan belasan pengrajin batik. Melihat kondisi tersebut, pemilik Batik Mahkota Laweyan Alpha Febela Priyatmono bersama juragan batik dan tokoh masyarakat Laweyan menginisiasi lahirnya Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL). Dari sinilah Laweyan perlahan kembali bangkit dengan konsep desa wisata batik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami menjalin sinergi dengan berbagai pihak untuk menggeliatkan kembali warisan adiluhung batik di Laweyan. Termasuk menjalin sinergi dengan IndiHome yang memiliki peran strategis dalam mendukung proses digitalisasi Kampoeng Batik Laweyan," jelas Alpha dalam keterangan tertulis, Kamis (10/11/2022).

Menurut Alpha, target dari Laweyan tidak hanya dikenal sebagai pusat batik tertua di Indonesia saja, tapi juga produk dari pengrajin batik di sana dapat di ekspor ke berbagai kota di luar negeri. Hingga saat ini beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura memasok batik dari Laweyan.

ADVERTISEMENT

"Lebih dari itu, kami sedang mengupayakan proses Laweyan sebagai pusat batik yang ramah lingkungan. Goals-nya, Solo menjadi rujukan green batik atau sebagai kota batik ramah lingkungan dunia," tutur Alpha.

Agar lebih menggeliat, setiap tahunnya diadakan ragam kegiatan seni dan budaya yang melibatkan masyarakat luas. Seperti pagelaran wayang, pentas musik keroncong hingga kelas membatik untuk generasi milenial. Biasanya kegiatan tersebut dilaksanakan pada bulan September akhir dengan puncak acara pada hari batik nasional setiap tanggal 2 Oktober.

"Khusus tahun ini, agenda tahunan kami geser untuk menyambut peresmian Kampung Digital Laweyan by IndiHome," ujar Ketua IT Kampung Batik Laweyan Arief Budiman Effendi.

Arief mengaku peran internet bagi warga Laweyan sangat dibutuhkan untuk mengenalkan dan memasarkan produk batik lebih luas secara digital. Dengan sinergi bersama Telkom Indonesia, Arief mengharapkan proses digitalisasi dari pelaku usaha di Laweyan semakin meningkat.

Sinergi tersebut diwujudkan melalui dukungan Kampung Digital Laweyan by IndiHome. Harapannya, peran IndiHome di Laweyan semakin dapat meningkatkan kemampuan atau skill warga di bidang digital marketing dan literasi keuangan.

Salah satu kegiatan yang menjadi daya tarik Kampung Digital Laweyan by IndiHome adalah IndiClass Digital Marketing, yaitu pelatihan kelas digital marketing untuk membantu pemasaran produk digital bagi pelaku usaha dan pengrajin batik di Laweyan.

Dukungan IndiHome sebagai #InternetnyaIndonesia di Kampoeng Batik Laweyan sangat penting dalam mengakselerasi digitalisasi industri batik dan meningkatkan sektor wisata Laweyan yang berkelanjutan.

(ads/ads)