Bangun Tol Langit, Bakti Kominfo Permudah Komunikasi Pedalaman Papua
Hide Ads

Bangun Tol Langit, Bakti Kominfo Permudah Komunikasi Pedalaman Papua

Dea Duta Aulia - detikInet
Jumat, 22 Apr 2022 21:55 WIB
Bakti Kominfo
Foto: Dea Duta Aulia/detikcom
Jakarta -

Memberikan jaringan internet yang merata pada setiap daerah di Indonesia tidak mudah dilakukan. Apalagi kondisi geografi antar daerah yang berbeda-beda menjadi tantangan tersendiri untuk menyediakan layanan tersebut.

detikcom bersama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berkesempatan menyaksikan dan merasakan secara langsung sejumlah tower base transceiver station (BTS) 4G di pedalaman Papua. Salah satu yang dikunjungi yakni Desa Bime Kabupaten Pegunungan Bintang Papua.

Saat mengunjungi kawasan tersebut, nampak begitu jelas desa berada di geografis yang sulit untuk ditembus. Bahkan, untuk sampai di desa yang berada di ketinggian 1.500-2.000 mdpl ini harus menyusuri sejumlah jajaran pegunungan dan sungai dengan menggunakan helikopter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekretaris Distrik Bime Nerius Wisa mengatakan akses yang bisa digunakan untuk mengunjungi kawasan tersebut hanya ada dua pilihan yakni udara dan darat dengan berjalan kaki. Untuk waktu tempuhnya pun tidak main-main, ia menuturkan untuk dari Distrik Bime ke Oksibil saja harus menghabiskan waktu berjalan kaki selama 3-4 hari.

"Oksibil itu jauh 3-4 hari ke Oksibil. Kalo pesawat 15 menit," kata Nerius saat ditemui di Desa Bime, Jumat (22/4/2022).

ADVERTISEMENT

Ia menambahkan untuk mengakses jaringan internet, masyarakat pun harus melakukan perjalanan jauh Oksibil. Sebab sebelum tower BTS 4G dibangun, kawasan tersebut termasuk daerah blank spot yang tidak sama sekali tidak memiliki jaringan internet.

Kendala jaringan internet di kawasan tersebut pun sedikit demi sedikit terurai. Bakti Kominfo berupaya untuk membangun tower BTS 4G di kawasan tersebut.

"Sebelum tower di bangun di sini tidak ada sinyal. Sebelum ada tower, nelpon harus ke Oksibil dulu," katanya.

Namun, setelah tower BTS 4G dibangun dan telah beroperasi sedikit demi sedikit permasalahan tersebut mulai teratasi.

Nerius menuturkan saat ini, sekitar 2.300 orang warga Desa Bime sudah bisa menikmati jaringan internet dari tower tersebut. Bahkan sejumlah kegiatan untuk membantu administrasi desa dan guru dimudahkan dengan adanya jaringan tersebut.

"Adanya jaringan, untuk laporan dana desa, laporan dinas terkait. Kalo guru bisa laporkan hasil ujian ke dinas," ujarnya.

Meskipun telah mendapatkan jaringan 4G, Nerius meminta masyarakat untuk melengkapi saluran komunikasi di desa tersebut dengan jaringan 2G. Pasalnya, dengan adanya jaringan 2G maka akan lebih banyak lagi masyarakat Desa Bime yang berkomunikasi dengan telepon genggam mereka.

"Kami orang tua tidak tahu, anak mudah bisa video call (dengan 4G). Masyarakat mintanya jaringan 2G supaya masyarakat bisa telpon," tutupnya.

Sebagai informasi, tower BTS 4G yang dibangun di pedalaman telah dilengkapi dengan panel surya sebagai sumber energi. Energi kemudian disimpan dalam 7 baterai yang mampu bertahan hingga 2-3 hari. Untuk proses pengisian baterai membutuhkan waktu 1 hari.

Penggunaan energi baterai hanya ketika dalam kondisi cuaca mendung atau berawan saja. Jika cuaca cerah maka energi yang diserap oleh panel surya langsung dimanfaatkan oleh tower BTS 4G. Tower BTS 4G tersebut juga dilengkapi dengan 8 mbps 2 uplink dan 6 downlink.

(akn/ega)