Ini Alasan Rudiantara Gabung Indosat Ooredoo Hutchison
Hide Ads

Ini Alasan Rudiantara Gabung Indosat Ooredoo Hutchison

Agus Tri Haryanto - detikInet
Senin, 03 Jan 2022 19:03 WIB
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara
Eks Menkominfo Rudiantara ditunjuk jadi Komisaris Independen Indosat Ooredoo Hutchison. Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Eks Menkominfo Rudiantara kembali terjun ke industri telekomunikasi setelah kembali dipinang Indosat Ooredoo Hutchison. Apa alasan Rudiantara mau bergabung?

Indosat Ooredoo Hutchison merupakan operator seluler hasil merger antara Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 Indonesia (Tri). Usai mendapat restu dari Kementerian Kominfo dan para pemegang saham, Indosat Ooredoo Hutchison direncanakan resmi beroperasi, Selasa (4/1) besok.

Ini bukan pertama kali Rudiantara bergabung ke operator seluler yang identik warna kuning merah tersebut. Sudah dua kali ia mengabdi kepada Indosat Ooredoo, pertama sebagai karyawan dan kedua sebagai Komisaris Indosat Ooredoo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Kali ini ia berjodoh lagi Indosat Ooredoo, meski sekarang perusahaan tersebut sudah bertransformasi dengan bergabung dengan Tri Indonesia.

Rudiantara mengatakan mengapa ia dipilih jadi salah satu Komisaris Independen Indosat Ooredoo Hutchison itu harus ditanyakan kepada pemegang saham di RUPS Luar Biasa.

"Kalau bicara ekosistem, bisnis TIK itu ada infrastruktur, infrastruktur telco dalam lima tahun ini pertumbuhannya single digit. Padahal, dari sisi lain ekonomi digital, pertumbuhannya eksponensial," ujar Rudiantara kepada detikINET.

Salah satu sektor penggerak ekonomi digital, yaitu e-Commerce marketplace, di Indonesia beroperasi pemain besar, di antaranya Bukalapak, Shopee, hingga Tokopedia. Rudiantara mengatakan, Total Processing Value (TPV) e-Commerce itu sebulan bisa mencatat USD 1 miliar.

"Di kita pemain marketplace ada tiga yang besar, Bukalapak, Shopee, Tokopedia. Artinya, sebulanya bisa USD 3 miliar. Belum lagi model Traveloka, pemain edutech, health tech, dan lainnya. Itu pertumbuhannya di atas Rp 600 triliun dalam lima tahun terakhir

Namun pertumbuhan ekonomi digital tersebut sangat bergantung pada ketersediaan infrastruktur telekomunkasi, yang mana dalam hal ini operator seluler berperan cukup besar.

"Walaupun pertumbuhannya single digital, tantangan infrastruktur itu harus lebih cepat, lebih luas dengan cara efisien. Caranya bagaimana? konsolidasi karena lebih efisien. Lihat saja perusahaan konsolidasi pemakaian towernya dalam jangka pendek berkurang," tuturnya.

Dampak dari konsolidasi operator seluler ini juga berimbas dari penggunaan frekuensi. Kemudian cakupan layanan jadi lebih luas dari sebelumnya.

Kendati pertumbuhan industri telco single digit, Rudiantara melihat operator seluler akan jadi penggerak ekonomi digital ke depannya.

"Konsolidasi sesuai realistis karena lebih efisien. Efisien dari capex apalagi masing-masing operator seluler punya akses kepada vendor teknologi jadi harga per unit lebih murah. Belum opex lebih efisien," ungkapnya.




(agt/fay)