Insiden kebakaran Gedung Cyber 1, Jakarta, beberapa waktu lalu menjadi salah satu contoh betapa pentingnya melindungi data center. Akibat kejadian tersebut, sejumlah aplikasi atau layanan mengalami gangguan.
Di sisi lain, pandemi COVID-19 mendorong pemerintah, perusahaan, hingga pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) untuk melakukan transformasi digital. Dari tren tersebut, koneksi jaringan akan semakin besar dan data center pun menjadi hal yang esensial.
Keberadaan data center harus bisa diandalkan dan tak boleh sampai bermasalah, apalagi dalam waktu lama, yang mana itu berdampak pada terganggunya layanan kepada pengguna.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengenai hal tersebut, Telkom mengungkapkan, mesti ada proteksi kebakaran data center yang dibedakan dalam dua jenis, yaitu pasif dan aktif. Sisi pasif mencakup desain arsitektur dan instalasi material, sedangkan aktif mencakup sistem deteksi kebakaran, pencegah kebakaran, dan penyiram api.
"Sistem deteksi aktif bisa menggunakan Very Early Smoke Detection Apparatus (VESDA) yang berfungsi mendeteksi asap pada tahap yang sangat awal dan memperingatkan pengguna," jelas Direktur Wholesale & International Service PT Telkom Indonesia, Bogi Witjaksono, dalam keterangan tertulisnya.
Untuk fire supression system (fss), kata dia, bisa menggunakan IG-55 yang memungkinkan evakuasi personel yang aman, baik dari segi tingkat oksigen di dalam ruangan maupun jarak pandang yang diperlukan untuk proses evakuasi. Sedangkan untuk sistem penyiram api bisa menerapkan penyiram api pipa kering pra-aksi di mana sistem diaktifkan oleh pendeteksi kebakaran.
Selain itu, kata Bogi, pemilihan lokasi data center juga penting. Yang harus dipertimbangkan dan dievaluasi adalah assessment potensi bencana, sampai proximity to public area. Begitu juga pembangunan data center, dari aspek teknis floor loading, kekuatan dinding untuk menghadapi bahaya dari luar. Dalam perencanaan, instalasi, dan perawatan data center harus melalui standar-standar yang berlaku, salah satunya pada media suppression bisa berbahaya jika tidak didesain secara benar.
![]() |
"Sejalan dengan tingginya kebutuhan internet dan produk digital oleh masyarakat di Indonesia, Telkom terdorong untuk mengakomodasi terbentuknya ekosistem digital, salah satunya melalui ekosistem data center dan Edge di mana Neucentrix merupakan bagian dari ekosistem tersebut," tutur Bogi.
NeuCentrIX sendiri telah bersertifikat ANSI/TIA-942, sehingga pusat data neuCentrIX telah memenuhi standar NFPA 75 untuk proteksi kebakaran," kata Bogi. Sertifikasi Desain ANSI/TIA-942 Tier 3 yang dimiliki NeuCentIX didapat langsung dari Telecommunications Industry Association (TIA) sebagai karakteristik penting data center yang bisa diandalkan.
Komitmen Telkom Group dalam bisnis pusat data telah dilakukan sejak 2015 yang selalu menjadi perusahaan pertama yang mendapatkan sertifikasi bertaraf international (Uptime Sertifikasi Tier 3 & Tier 4) dan Sertifikasi Uptime TCOS untuk Uptime Sertifikasi Operasional satu-satunya di Indonesia.
Dalam konteks mitigasi resiko, ekosistem data center Telkom (Neucentrix) yang saling terkoneksi dengan beberapa cluster seamles-nya yang tersebar di banyak kota di seluruh Indonesia hingga luar negeri, memang di desain untuk memitigasi resiko tersebut.
NeuCentrIX sendiri merupakan Data Center carrier-neutral yang menyediakan layanan colocation, connectivity, layanan cloud, akses kokten (CDN) dan internet exchange. NeuCentrIX juga menghadirkan tipe data center terlengkap, mulai dari Microscale/Edge DC, DC Regional dan Core DC (Hyperscale DC) dengan distribusi cakupan domestik dan global.
Neucentrix diklaim mampu memenuhi kebutuhan akan local data center atau edge data center dengan koneksi dan akses yang mendukung perkembangan bisnis digital ke depan dengan latensi rendah. Sampai saat ini data center Neucentrix telah tersebar di 16 kota di seluruh Indonesia dan akan bertambah seiring dengan kebutuhan.
Data Center yang termasuk Tier 3 tersebar di tiga wilayah Jawa dan luar Pulau Jawa, yakni Batam Center, Jakarta Karet dan Meruya. Total data center yang dimiliki Telkom sendiri ada 26, yang terdiri dari 5 data center internasional, 18 Neucentrix serta 3 data center tier 3 dan 4.
(agt/rns)