Selain Telkomsel dan Indosat Ooredoo, ada lagi Smartfren yang berancang-ancang menggelar layanan 5G di Indonesia. Mereka punya strategi yang berbeda.
Seperti diketahui, Smartfren pada 22 April 2021 adalah salah satu dari dua pemenang selain Telkomsel dalam lelang frekuensi 2,3 GHz yang digelar Kementerian Kominfo. Smartfren mendapatkan 10 Mhz, dari 30 MHz blok kosong yang diperebutkan.
Dihimpun detikINET dari berbagai sumber, Minggu (6/6/2021) Smartfren menempuh sejumlah strategi untuk menggelar 5G. Namun mereka tidak tergesa-gesa seperti Telkomsel dan Indosat Ooredoo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, Smartfren sudah merogoh duit Rp 176,5 miliar untuk menawar blok kosong dengan lebar pita 10 MHz. Tapi Smartfren mantap dengan strategi yang mereka punya untuk menggelar 5G.
Di pita frekuensi 2,3 GHz ini Smartfren bukan penghuni baru. Anak perusahaan Sinar Mas itu sudah memiliki lebar pita 30 MHz. Itu artinya, di spektrum ini, Smartfren punya total lebar pita 40 MHz.
Dari hasil lelang frekuensi 2,3 GHz itu sendiri, Smartfren mengantongi blok B yang mana wilayahnya meliputi:
(i) Rentang 2370 - 2375 MHz pada zona 1 (Sumatera Bagian Utara)
(ii) Rentang 2370 - 2380 MHz pada zona 4 (Banten, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi)
(iii) Rentang 2370 - 2380 MHz pada zona 5 (Jawa Bagian Barat; kecuali Bogor, Depok, dan Bekasi)
(iv) Rentang 2370 - 2380 MHz pada zona 6 (Jawa Bagian Tengah)
(v) Rentang 2370 - 2380 MHz pada zona 7 (Jawa Bagian Timur)
(vi) Rentang 2370 - 2380 MHz pada zona 9 (Papua)
(vii) Rentang 2370 - 2380 MHz pada zona 10 (Maluku dan Maluku Utara)
(viii) Rentang 2370 - 2380 MHz pada zona 12 (Sulawesi Bagian Utara)
(ix) Rentang 2375 - 2380 MHz pada zona 15 (Kepulauan Riau)
Menkominfo Johnny G Plate juga meminta kepada Telkomsel dan Smartfreen sebagai pemenang lelang mengoptimasi frekuensi 2,3 GHz. President Director Smartfren Merza Fachys dalam pemberitaan detikINET, Minggu 25 April 2021 mengatakan tambahan spektrum dengan lebar pita 10 MHz akan menambah kekuatan Smartfren ketika menggelar layanan kepada pelanggan.
"Smartfren sendiri secara teknologi memang sudah siap untuk menggelar 5G kapan pun pada saat yang tepat. Jadi, Smartfren siap menggelar layanan 5G kapanpun, kalau memang saatnya 5G dimulai," kata Merza.
Namun, Smartfren melakukan kajian mendalam baik implementsi dan ekosistemnya. Smartfren memilih ekspansi bisnis dulu untuk memperkuat ekosistem mereka sebelum menggelar 5G. Caranya adalah membeli saham perusahaan penyedia akses jaringan serat optik.
Melalui anak perusahaan Smart Telecom (Smartel), Smartfren membeli 20,5% saham PT Mora Telematika Indonesia (Moratelindo) pada Rabu 2 Juni 2021. Aksi korporasi dengan nilai transaksi Rp 360 miliar ini menjadi langkah pertama Smartfren untuk menggelar 5G di Indonesia.
"Lewat langkah ini, kami yakin bisa memperkuat infrastruktur telekomunikasi melalui fiberirasi, sehingga kita semakin siap menghadirkan 5G," ujar Merza, Rabu (2/6).
Menarik untuk melihat langkah Smartfren ke depannya. Untuk menggelar 5G, langkah selanjutnya adalah mengajukan Uji Laik Operasi (ULO) ke Kominfo.
Berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 1 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi, operator seluler melakukan ULO terlebih dahulu sebelum menghadirkan teknologi terbaru ke publik secara komersial termasuk 5G. Kapan Smartfren akan melakukannya? Kita tunggu saja.
(fay/agt)