Pada kesempatan ini, Rudiantara menuturkan ada kesenjangan antara kaya dan miskin pasca gejolak ekonomi global pada 2008 lalu. Hal itu akan berdampak tak hanya pada pembangunan ekonomi tapi juga sosial.
Menurut Menkominfo, persoalan tersebut dapat diatasi dengan digitalisasi, di mana hal itu akan membuka lapangan pekerjaan hingga mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertama, memberdayakan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk diarahkan agar memanfaatkan teknologi digital. Kedua, dengan mempercepat pembangunan infrastruktur teknologi.
Saksikan video 20detik soal Rudiantara di ITU Telecom World 2017 Busan di sini:
Tonton Juga: Gokil! Cewek Ini Masak Pakai Kotak CPU hingga Dispenser
Untuk langkah kedua ini, Indonesia menggenjot pembangunan infrastruktur menggunakan dana Universal Service Obligation (USO). Diketahui, dana USO berasal dari pelaku bisnis telekomunikasi yang menyumbang sebesar 1,25% dari pendapatan usaha. Dana tersebut disetor kepada pemerintah di setiap kuartalnya.
"Langkah kedua adalah melalui kebijakan alfirmatif yang menjembatani kesenjangan digital yang memanfaatkan dana USO untuk pengembangan infrastruktur di wilayah hingga jutaan UMKM bisa memasuki ekonomi digital," sebut Rudiantara.
Foto: Agus Tri Haryanto/inet |
Di akhir pidatonya, pria yang disapa Chief RA ini mengajak para anggota ITU untuk memulai gerakan global dalam mengatasi kesejangan antara kekayaan dan ketimpangan pendapatan. Ajakan ini menegaskan dua langkah strategis yang diucapkan oleh Rudiantara sebelumnya.
"Adopsi cepat dan penerapan model dan strategi bisnis ekonomi kreatif digital sebagai enabler untuk ekonomi bersama, digitalisasi dan inklusi keuangan. Lalu, pengembangan infrastruktur telekomunikasi melalui dana USO yang memungkinkan jutaan UMKM menuju ekonomi baru," kata Chief RA.
Foto: Agus Tri Haryanto/inet |
Sekadar diketahui, untuk pembicara yang diminta opening session ITU Telecom World 2017 ini, tidak semua bisa merasakan kesempatan tersebut. Nama Rudiantara bersanding dengan menteri dari Afrika Selatan dan Hungaria. (fyk/fyk)
Foto: Agus Tri Haryanto/inet